Masa Perkembangan Manusia Dewasa Tengah


[INTRODUCTION]

Masa dewasa madya dimulai dari umur 40 sampai 60 tahun. MacArthur Foundation Study, menunjukan bahwa pada tahapan ini walaupun sense seseorang dari tujuan mulai turun seiring bertambahnya usia, penerimaan diri dan penguasaan atas situasi seseorang justru malah naik. Dewasa madya biasanya ditandai oleh perspektif baru tentang siapa mereka dan tentang dunia mereka. Hal ini meliputi harapan mereka tentang apa yang ingin mereka capai dengan setengah dari hidup mereka, dan kepuasan yang berbeda dalam hidup. Tahap ini lebih ditandai dengan faktor sosial dan faktor personal, daripada kematangan secara biologis. Peran dan tugas pada tahap setengah baya ini sering banyak dan beragam seperti merubah karirnya, melepaskan keterlibatan orang tua dengan remaja yang lebih tua dan anak-anak dewasa muda, atau memulai keluarga (Ashford, LeCroy, dan Lortie. 2006, p . 509 dalam Lesser&Pope). Kesejahteraan meningkat pada usia dewasa madya karena “maksimal kompleksitas peran”.

 

[PHYSIOLOGICAL CHANGES]

Women

Menopause adalah perubahan biologis yang paling utama pada usia dewasa madya. Menopause terjadi ketika indung telur berhenti berfungsi dan tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Rata-rata usia menopause adalah 51,4 tahun dan sebagian besar wanita mencapai menopause antara 45 dan 55. Menopause dianggap telah berakhir ketika seorang wanita tidak mengalami siklus menstruasi selama satu tahun. Dalam kata lain, menopause merupakan masa sesaat sebelum berhentinya periode menstruasi hingga sesaat setelah periode menstruasi berakhir. Namun secara umum menopause dapat dikatakan sebagai berakhirnya siklus menstruasi pada wanita. Kadar hormon mulai menurun selama periode sebelum menopause, disebut sebagai perimenopause.

Kebanyakan wanita menjelang menopause akan mengalami sesuatu yang diistilahkan sebagai ‘hot flashes‘, yaitu perasaan hangat tiba-tiba yang menyebar ke tubuh bagian atas dan sering disertai dengan kulit yang memerah dan berkeringat. Perasaan ini dapat berlangsung selama 30 detik hingga beberapa menit. Intensitasnya akan berbeda-beda pada setiap orang, mulai dari ringan hingga parah. Gejala dan indikasi lain yang umum dialami wanita menjelang atau ketika menopause antara lain; periode menstruasi yang tidak teratur, vagina kering dan kurang elastis sebagai akibat dari penipisan jaringan vulva vaginal dan serviks atau hilangnya hormon estrogen yang meningkatkan frekuensi buang air kecil dan stress incontinence.

Respon keinginan siklus seksual, kegembiraan, dan orgasme juga dipengaruhi oleh penuaan dan menopause. Keinginan erotis sering meningkat bagi perempuan dalam fase siklus respon seksual. Ketika estrogen menurun, testosteron dalam tubuh perempuan dapat memiliki pengaruh yang lebih besar, yang terus diproduksi selama menopause. Dalam fase kegairahan, kurangnya estrogen dapat menyebabkan masalah dengan kekeringan vagina, membuat pengalaman seksual yang negatif.

Selama orgasme, wanita tidak memiliki periode refraktori dan dapat memiliki beberapa orgasme. Penurunan estrogen selama ini juga menghasilkan penurunan endorphin (zat dalam otak yang membuat seseorang merasa baik), dan karena itu, dapat menyebabkan depresi. Insomnia terkait dengan perubahan hormonal juga dapat menyebabkan perasaan depresi serta mudah marah dan penurunan kemampuan untuk menangani stres.

Perubahan fisiologis lainnya adalah ketika usia paruh baya mulai kehilangan penampilan mudanya dan kehilangan energi sehingga mereka menganggap penampilannya kurang menarik dibandingkan penampilannya di masa muda dulu. Menurut Banister, ini hanyalah presepsi yang didasarkan pada makna budaya. Perubahan fisiologis setengah baya mungkin terbukti membuat stres, tetapi hal inilah yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menantang stereotip budaya sesuai dengan standar mereka sendiri.

 Men

Laki-laki tidak mengalami menopause seperti wanita, tetapi ada perubahan halus dalam tingkat hormon laki-laki selama dewasa madya, “sebanyak 50 tahun kebanyakan pria sehat dapat berharap untuk masih mempertahankan setidaknya 90 persen dari sirkulasi hormon seks steroid mereka. Selama pertengahan tahun kehidupan seksual, fokus utama bagi pria tampaknya berada di disfungsi seksual atau impotensi daripada perubahan status hormon atau kemampuan reproduksi. Hal ini sulit diidentifikasi apakah disfungsi seksual berhubungan dengan status hormon. Namun, penelitian menunjukan bahwa faktor penyebab yang lebih memungkinkan adalah karena merokok, obesitas, alkohol, depresi, penyakit jantung, gagal prostat, dan faktor sosial ekonomi (Sullivan dan Reymolds 2003, Aytac et al., 2000 dalam Lesser&Pope).

Disfungsi seksual juga menyebabkan penurunan libido laki-laki menurun karena masalah menopause yang dialami oleh pasangan perempuan sehingga menyebabkan menurunya aktivitas seksual. Pada pria, gairah seks mereka secara umum menurun karena dipengaruhi oleh penurunan hormon laki-laki, yaitu testosteron. Laki-laki di usia dewasa madya mungkin memerlukan rangsangan baik psikologis (misalnya seperti mengingatkan akan pengalaman seksual yang sudah dilakukan) dan taktil (sentuhan atau rabaan) untuk mencapai orgasme dibutuhkan 24 sampai 48 jam.

 

[COGNITIVE CHANGES]

Pada usia dewasa madya, fungsi intelektual umumnya lebih stabil tergantung pada sejauh mana kapasitas intelektual itu dilakukan. Menurut data dari penelitian Schaie (1994, 1996) dan Willis dan Schaie (1999) menunjukan bahwa orang dewasa mencapai kinerja puncak pada kemampuan kompleks yang lebih tinggi seperti penalaran induktif, orientasi spasial, dan kosakata selama dewasa madya. Miller dan Lachman mempelajari faktor-faktor yang mungkin berkontribusi ke tingkat kinerja yang lebih tinggi selama dewasa madya, dengan menggunakan kontrol keyakinan, atau sejauh mana individu merasa mampu mempengaruhi kinerja mereka, sebagai prediktor potensi kinerja kognitif.

Penelitian mereka secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang merasa kinerja kognitif mampu untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak. Menurut Myers, terdapat crystallized intelligence yaitu akumulasi pengetahuan individu meningkat seiring bertambahnya usia dihasilkan dari proses belajar seumur hidup dan fluid intelligence yaitu kemampuan umum untuk berpikir secara abstrak, alasan, mengidentifikasi pola, memecahkan masalah, dan membedakan hubungan.

Keterampilan kognitif sosial dan abstrak memiliki keunggulan yang lebih besar, dan ini adalah yang berkaitan dengan peran individu dalam usia dewasa madya untuk berasumsi. Misalnya, orang dewasa di usia pertengahan umumnya mengasumsikan tanggung jawab keluarga dan masyarakat yang lebih besar daripada orang dewasa muda yang mungkin lebih terfokus pada awal karier dan keluarga.

 

[PSYCHOLOGICAL DEVELOPMENT]

Orang-orang pada dewasa madya mulai mempertanyakan komitmen mereka dan juga lebih menerima tekanan pribadi yang dialami sebelumnya. Jung berpendapat bahwa tahap dewasa madya dikarakteristikkan dengan perpisahan dan kehilangan. Carl Jung membagi perkembangan psikologis manusia itu dalam dua fase sebagai hasil dari suksesnya tujuan pada tahap ini yaitu adalah mereka yang dapat menyeselaikan individuasi & transendensinya.

Berbeda dengan Jung, Erikson mendefinisikan tugas perkembangan psikis pada dewasa madya yang utama adalah dengan mencapai generatifitas (Erikson, 1982 dalam Lesser&Pope). Generatifitas adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas daripada intimacy karena rasa kasih ini telah men”generalize” ke kelompok lain, terutama generasi selanjutnya.  Bila dengan intimacy kita terlibat dalam hubungan di mana kita mengharapkan suatu timbal balik dari partner kita, maka dengan generativity kita tidak mengharapkan balasan  (keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain).

Orang yang dalam tahap ini dapat mengembangkan generativity pada sejumlah cara yang berbeda, yaitu biological generativity (melahirkan anak), parental generativity (mengasuh dan membesarkan anak), work generativity (menerapkan ketrampilan pada orang lain), cultural generativity (membangun, merenovasi, dan melestarikan beberapa aspek budaya).

Jika gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Stagnasi adalah lawan dari generatifitas yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri kita,  tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang mengalami stagnasi tidak lagi produktif untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat hal lain selain apakah hal itu menguntungkan diri mereka seketika. Kita tahu banyak contoh orang yang setelah berusia setengah baya mulai menanyakan ke mana impian mereka yang lalu, apa yang telah mereka lakukan dan apakah hidup mereka ada artinya.  Beberapa orang yang merasa gagal dan tidak lagi punya harapan untuk mencapai impian mereka, pada saat-saat ini berusaha untuk merengkuh masa-masa yang bagi mereka terlewat sia-sia.

Midlife Crisis                        

Berangkat dari teori Erikson, krisis dewasa madya ditandai dengan adanya perhatian yang berlebih dan keharusan untuk membuat keputusan. Yang menyebabkan adanya krisis pada masa ini yaitu karena banyaknya tantangan hidup dan beberapa perilaku negatif  pada usia 40. Namun menurut Levinson, ini merupakan peristiwa yang wajar karena dengan adanya krisis ini akan dengan otomatis membentuk struktur hidup yang baru. Krisis dewasa madya dapat berupa  menerima kehilangan, mengulang masa lalu, dan memikirkan segala kemungkinan di masa depan.

Stein  menggambarkan 3 fase dalam transisi dewasa madya, yaitu destructuring (perubahan fokus hidup), liminality (mengekspresikan suasana hati dengan kebingungan), restructuting (termotivasi oleh keinginan bawah sadar). Faktor kesejahteraan pada usia ini yaitu seperti pendapatan, teman, kesehatan, high self-esteem, tujuan masa depan, dan perasaan yang positif.

 

[SOCIOHISTORICAL CONTEXT]

Erikson menggunakan istilah “historical relativity” untuk mempertimbangkan cara dimana orang dewasa dari era yang berbeda dapat berpikir, merasakan, dan termotivasi untuk berprilaku dan bagaimana mereka beradaptasi pada posisi struktur sosial barunya. Maka dari itu, Erkson memberikan 6 gambaran dibawah ini:

  • Prejudiced adult: menggambarkan identitas yang kuat baik itu identitas diri maupun identitas kelompok. Prasangka ini mewakili ketidakdewasaan identitas dan perkembangan kedewasaan yang tidak baik.
  • Moral, ethical, spiritual adult: perkembangan superego telah mengambil alih dan orang-orang sering merasa takut kalau mereka tidak sebaik yang seharusnya. Sedangkan etik dewasa ialah mereka yang
  • Playing childlike adult: bermain disini mewakili kebebasan, baik dalam menjalankan peran orang dewasa maupun dalam geraknya
  • Historically and culturally relative adult: ketertarikan pada sesuatu di masa lalu akan menjadi kenyataan pada masa dewasa madya ini.
  • Insightful adult: merupakan alat sekaligus prinsip perkembangan yang dapat mengubah kedewasaan untuk mencapai tingkat etika perilaku. Insight ini akan semakin baik jika dilatih dengan banyak pelajaran baru yang didapatkannya.

 

[RACE AND CULTURE]

Pada bahasan ini dijelaskan bahwa orang Afrika Amerika menghadapi kondisi sosial yang merugikan untuk perbaikan diri mereka, seperti rasisme dan diskriminasi. Mereka juga lebih cenderung tergolong kedalam kaum miskin, baik secara finansial maupun kesehatan. Bagi laki-laki Afrika Amerika, mereka sangat sering mengalami insiden yang menyebabkan kematian, sedanglan bagi wanita lebih cepat frekuensinya untuk menjadi seorang janda.

Tak jauh berbeda, orang Asia Ameriika juga mengalami masalah ini namun lebih kepada masalah bahasa dan tekanan akan stereotip kaum minoritas. Sedangkan masalah yang dialami oleh orang Asli Amerika ialah karena pemikiran mereka terlaluatan berakar pada sejarah mereka akan diskriminasi yang dialaminya dan juga akan pengkhian. Karena hal itu, mereka jadi cenderung mendapatkan prestasi akademik yang buruk, meningkatnya pengangguran. Tak hanya itu orang-orang Amerika Latin juga mendapat tantangan dalam bahasanya mengingat banyaknya imigran yang hanya bisa berbicara bahasa Spanyol. Hal ini juga membuat mereka menjadi didiskriminasi dan dihujat.

 

[INTIMATE RELATIONSHIP IN MIDLIFE]

Divorce                      

Angka nasional menunjukkan bertumbuhnya perceraian sebesar 10% pada 1990. Banyak hal yang menjadi penyebab sebuah pasangan memutuskan untuk bercerai seperti masalah komunikasi, keuangan, pergantian pandangan budaya dan gaya hidup mereka masing-masing. Perkembangan ekonomi pada wanita juga menjadi penyebab perceraian dimana biasanya mereka telah nyaman dengan karirnya yang menjanjikan namun mengharuskannya untuk meninggalkan pernikahannya.

Widowhood

Wanita pada dewasa madya dikatakan lebih berkemungkinan untuk menjadi seorang janda dibandingkan laki-laki untuk menduda. Hal ini dikarenakan kebanyakan wanita memiliki usia lebih panjang daripada laki-laki. Wanita menjadi janda kebanyakan pada usia 40 dan 50 tahun (1/3 wanita berkulit putih dan 2/3 wanita berkulit hitam). Older widow cenderung untuk memiliki keterampilan kerja yang tidak baik dan younger widows cenderung disibukkan dengan mengurus anaknya dirumah. Alhasil, wanita-wanita ini mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa malahan terkadang beberapanya memiliki penghasilan dibawah garis kemiskinan.

 

[PARENTING IN MIDLIFE]

Blieszner, Mancini dan Marek (1996) menyatakan bahwa parenting pada usia dewasa madya ini merupakan sebuah persimpangan antara pengembangan diri dengan pengalaman keluarga. Transisi pada kehidupan anak mempengaruhi sentralitas peran orang tua juga. Biasanya anak-anak akan menjadi remaja saat orang tuanya berada pada dewasa madya, dan orang tua akan lebih giat dalam bekerja untuk memenuhi kehidupan anaknya. Namun pada saat ini juga orang tua harus dapat membagi waktu dan keuangan mereka, baik dalam hubungannya dengan teman maupun dengan anak dan keluarganya.

 

[GRANDPARENTING IN MIDLIFE]

Dalam sebuah studi tentang kelas menengah granparents, Neugarten dan Weinstein (1964) telah mengobservasi, Dan menemukan terdapat lima style pada grandparenting : formal, fun seeker, distant figures, surrogate parents, mentors. Lalu Cherlin dan Fusrtenber juga telah mengobservasi dengan menemukan tiga style pada grandpareting, yakni : (a) remote; hubungan dengan kontak yang sedikit, (b) companiate; terikatsecara emosional, hubungan pertemanan, (c) involved; tingkah laku yang sama sebagai peranan orang tua.

Kivnik mengkonseptualisasi lima dimensi yang dianggap sebagai peran kseseluruhan seorang grandparent, yakni: (a) centrality, dimana grandparenthood merupakan pusat individual dan arti hidup; (b) velue elder, dikarakteristikan dengan konsep tradisional pada pengehormatan (respected) dan kebijaksanaan (wise) orang-orang tua; (c) immortality through clan, dimana grandparenthood merupakan jalan untuk mecapai immortality melalui procreation; (d) re-involvement with personal past, ketika tinjauan kehidupan individu terbantu dengan menjadi grandparent; (e) indulgence, dimana tingkah laku of lenience dan keikutsertaan diekspresikan kepada grandchild.

Surrogate Grandparenting

Hasyslip dan Kaminski membaca literatuur dan menemukan bahwa grandparents memiliki peranan orang tua disaat yang krisis, biasanya terjadi karena parent yang sakit atau mati, tetapi sering terjadi disaat anak dewasa tidak mampu melakukan peranan orang tua yang dia miliki karena infeksi HIV/AIDS, substance abuse, pengurungan, atau kejadian cataspronic.

Hammer dan Turner mengemukakan bahwa mungkin akan terjadi kehawatiran tertentu grandparent pada  anak mereka yang sedang menjalankan peran orangtua, mereka khawatir bahwa hidup mereka tidak cukup panjang untuk mengasuh dan menjada anak serta cucunya.

Hal yang bisa dilakukan oleh pekerja sosial dalam mengintervensi hal ini adalah dengan mengembangkan komunitas yang memberikan dukungan ada grandparent dengan mengurangi stigma negative tentang ketakutan pada HIV/AIDS.

 

[MIDDLE LIFE ADULTS AND AGING PARENTS]

Blenkner mengemukakan bahwa pengalaman parent-caring  experience merupakan batu loncatan perkembangan hidup seorang individu yang secara umum terjadi pada dewasa madya, dikatakan sebagai filial maturity. Filial maturity terjadi ketika anak dewasa telah bekerja dengan hubungan sebelumnya yang bergagasan dimana terjadi penolakan pada tahun-tahun anggota keluarga yang sibuk pada kehidupan yang independen.

Puncak waktu dimana pemberian kepedulian oleh orangtua menawarkan kesempatan dalam bekerja pada gagasan internal. Ini merupakan kesempatan terakhir—third sepration individuation, dimana internalisasi pada “oneself” (diri yang satu) dan “one’s parent” lebih raelistik. Orang dewasa, dapat mencapai filial maturity melalui filial distancing : menjadi independen secara emosional dari orang tua—seimbang dengan filial comprehending: pemahaman bahwa orang tua merupakan seorang yang memilliki kebutuhannya sendiri. Dan orang tua akan mencapai parental maturity — berhasil manjadikan anak dewasanya independen.

 

[GENDER DIFFERENCES IN MIDLIFE]

Perbedaan pokok dalam utara sosio-ekonomi dan kategori rasal adalah bahwa fokus seorang dewasa laki-laki adalah tentang “work” (pekerjaan,) sedangkan perempuan dikategorikan memiliki multiple role (peranan yang banyak), sehingga perempuan sering kali menemukan tekanan dan konflik dalam hidupnya. (seperti pekerjaan, keluarga, menjadi ibu, mengasung aging parent)

Teori indentitas peranan memprediksikan bahwa semakin kompeten dan mudah seorang utntuk memenuhi internalisasi, normative, dan tingkah laku yang diharapkan berhubungan dengan segala peran sosial yang dimiliki, semakin besar kemungkinan untuk mencapai self-esteem dan well-being. Oleh karenanya, keuntungan psikologis pada filial maturity yang dideskripsikan oleh Blenker akan terbuktii dan terlihat pada pekerjaan keluarga yang kurang akan problematik.

 

[LESBIAN GAY BISEXUAL AND TRANSGENDER MIDLIFE DEVELOPMENT]

Konteks sosial budaya merupakan faktor sangat relevan dalam mengapresiasi tahap-tahap kehidupan komunitas gay saat dewasa madya. Komunitas tersebut muncul saat pergerakan liberal gay pada tahun 1960 dan 1970 coming out menjadi hal yang sulit pada masa itu dan akhirnya penyakit AIDS pun marak dialami oleh para gay pada tahun 1980an.  Hal tersebut mengakibatkan banyaknya kematian, rusaknya psikologi karena kehilangan kerabat dan keluarga karena penyakit yang dialami tersebut. Para gay yang banyak distigmakan dengan masalah kesehatan dan mental di masyarakat, membuat mereka saling membantu selama masa sulit ini, banyak gay dewasa madya menjadi perintis dan pemimpin dalam penciptaan layanan untuk orang gay dengan HIV / AIDS. Hal ini sesuai dengan konsep generativity Erik Erikson yaitu orang gay digenerasi sekarang dan akan datang berbeda dengan gay masa lalu karena mereka tidak hanya merawat orang sakit saja tetapi juga menyebarluaskan penyakit ini dalam upaya membatasi penyebaran penyakit untuk generasi berikutnya.

Menurut Friend (1990) terdapat tiga konstruksi yang berkontribusi dalam kesejahreeaan para gay dan lesbian ditahun dewasa madya mereka yaitu affirmative (persetujuan), conforming (penyesuaian), dan passing. Telah terbangun identitas positif mengenai penerimaan akan adanya gay dan lesbian, hal ini dengan cara menolak pandangan budaya yang lebih besar. Selain itu, adanya penyesuaian pemikiran individual yang sebelumnya tidak setuju dengan gay dan lesbian sekarang telah disesuaikan dengan cara menyesuaikan kondisi dengan masyarakat heteroseksual dan masyarakat heteroseksual yang telah berafiliasi dengan komunitas gay dan lesbian. Sedangkan ‘passing’ disini adalah mereka yang dapat melewati (passing) adalah mereka yang menerima orientasi seksual mereka meskipun mereka menyerah pada ideologi heteroseksis.

Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh gay dan lesbian yaitu takut akan memperlihatkan ciri-ciri gay dan lesbian, kehilangan kerabat yang ternyata tidak dapat menerima hubungan gay dan lesbian. Selain itu, terdapat diskriminasi ditempat kerja dan rumah karena adanya internalisasi homofobia, sehingga  gay dan lesbian perlu menjalani dua kehidupan yang berbeda dan tidak kongruen.

Masa dewasa madya adalah masa dimana individu terlibat dalam proses menilai kembali, negosiasi ulang, mengevaluasi kembali, dan restrukturisasi hidup mereka, tentunya mereka mengalami transisi dalam hidupnya. Orang yang mengalami transgender seringkali mendapat berbagai bentuk pengalaman marjinalisasi karena stigma-stigma yang ada. Penguasaan stigma berkembang dengan lambat sepanjang kehidupan individu gay dan lesbian ini. Proses coming out memberikan kesempatan untuk mengembangkan ketahanan diri dan upaya mengatasi masalah. Dengan kata lain, dewasa madya dan seluruh proses penuaan mungkin mejadi kurang bermasalah karena krisis perkembangan dan transisi terbesar yang ada dihidup mereka adalah ketika mereka harus berdamai dengan orientasi seksual mereka sendiri.

Menurut kimmel terdapat enam pola sosial seksual antara pria gay dan lesbian, yaitu:

1.      Pernikahan heteroseksual dengan atau tanpa hubungan homoseksual periodik berikut atau diikuti oleh gaya hidup gay

2.      Hidup bujangan dengan orientasi afeksi homoseksual

3.      Merawat anak dengan cara adopsi

4.      Hubungan pertemanan atau percintaan sesama gay jangka panjang

5.      Gaya hidup gay tanpa adanya hubungan seksual

6.      Gaya hidup biseksual tanpa pernikahan

Ketika gay yang hidup di hubungan heteroseksual jangka panjang, mereka lebih memiliki kesulitan untuk berasosiasi dengan remaja daripada dengan dewasa madya. Hal ini karena adanya perbedaan dalam mengasuh anak, generasi gay muda jaman sekarang cenderung memiliki anak melalui donor pembuahan, sedangkan gay pada dewasa madya memiliki anak melalui pernikahan heteroseksual. Para gay dewasa madya cenderung merasa berbeda dan dialienasikan di komunitas gay yang cenderung sekarang lebih banyak generasi muda.

Selain itu, tantangan yang dihadapi gay dewasa madya juga ketika mereka ‘coming out’ kepada anak-anaknya yang remaja, remajaakan memiliki respon negatif karena adanya perbedaan norma dalam orientasi seksual orang tuanya. Hubungan dalam hubungan gay dan lesbian memiliki kemiripan dengan model hubungan heteroseksual, yaitu adanya ‘femme’ dan ‘butch’. Akan tetapi para feminis dan penggerak lesbian feminis rata-rata menolak adanya peran-peran tersebut. Kualitas hubungan gay dan lesbian dalam suatu pasangan akan meningkat apabila keduanya saling terbuka akan identitas seksualnya, meskipun hal tersebut memiliki banyak resiko dan tantangan.                

Philosiphical Issues              

Dewasa madya membawa sebuah rangkaian tugas yang berfokus pada makna dan keberadaan hidup seseorang. Individu akan mengevaluasi tujuan dan peran yang telah dibuat sebelumnya. Akan adanya penurunan tingkat kompetisi dan agresivitas serta adanya rasa saling memaafkan pada tahap ini. Menurut Enright (2011) tahapan dalam memaafkan terdiri atas menutupi rasa marah, memutuskan untuk memaafkan, memaafkan, dan melepaskan rasa marah tersebut. Orang yang dapat memaagfkan akan menghasilkan kepercayaan diri yang positif dan keuntungan fisik dan mental.

 

[WORK IN THE MIDDLE YEARS]

Pekerjaan memberikan arah terhadap keseluruhan gaya hdiup seseorang, pekerjaan memberikan status ekonomi yang dapat menentukan dengan siapa ia akan bersosialisasi dan menentukan identitas diri seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan untuk berganti pekerjaan di usia dewasa madya, hal ini dikarenakan oleh pilihan individu itu sendiri atau pekerjaan yang dimiliki akan berakhir. Ketika orang dewasa madya kehilangan pekerjaannya hal tersebut akan berpengaruh pada kesulitan ekonomi, sosial, dan psikologis. Kehilangan pekerjaan juga akan berpengaruh pada keseluruhan keluarganya.

Terdapat konsep yang berhubungan dengan pekerjaan dewasa madya yaitu ‘professional obsolence’  yaitu penggunaan informasi, teori, dan teknologi yang tidak begitu berguna dalam menjalankan tugas-tugas dari apa yang saat ini tersedia di lapangan praktek. Dewasa madya memerlukan tambahan pelatihan agar tetap berada di lapangan kerja jaman sekarang. Laki-laki yang merasa percaya diri akan identitasnya yang berasal dari peran pekerjaan mereka mungkin mulai mempertanyakan nilai pribadi mereka ketika mereka pensiun dari pekerjaan yang digelutinya.

Pensiun karena masalah kesehatan adalah sesuatu yang umum dikalangan pria kelas pekerja, dan pensiun bukanlah hal yang positif oleh kalangan pria kelas pekerja dikarenakan oleh kurangnya finansial yang dialaminya. Terdapat pula perempuan pada kelas pekerja yang bekerja karena alasan ekonomi, seringkali terdapat diskriminasi seks yang mempengaruhi peningkatan karir perempuan seperti tingkatan perempuan yang biasanya ada dibawah dalam sebuah hirarki organisasi. Kehidupan perempuan cenderung terdapat dalam siklus kehidupan keluarga, sehingga karir mereka sering terganggu yang pada akhirnya berlanjut pada tetap melanjutkan pekerjaan atau pemberhentian pekerjaan.

 

Rangkuman oleh : Ahmad Rofai, Adzra Fadhila, Sti Nadya Nuraini, Yumna Ulfah Fauziyah

REFERENSI

[1] Lesser, Joan Granucci., Pope, Dona Saia. 2007. Human Behavior and the Social Environtment: Theory and Practice. New York :Pearson Education, Inc

[2] www.examinedexistence.com [diakses pada Jumat, 06/11/2015 21:00 WIB]

[3] www.webkesehatan.com [diakses pada Jumat, 06/11/2015 20:38 WIB]

 

Sumber gambar: chron.com

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Built with WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: