2012
Aku mengawali pembuatan blog tepat ketika guru Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) memberi sesi khusus mengenai blog. Sebagai siswa sekolah menengah, tentu saja semua paparan guru mengenai blog tidak bisa saya resapi secara seksama. Satu hal yang aku lakukan saat itu adalah membuka facebook (masa itu facebook adalah satu-satunya media sosial paling banyak digunakan oleh semua orang) secara sembunyi-sembunyi dari balik papan yang membentuk blok-blok memisahkan setiap komputer di ruang laboratorium kelas TIK tersebut. Hingga tiba satu momen dimana guru mempersilakan setiap siswa membuka website penyedia layanan pembuatan blog (saya memilih wordpress) dan menjelaskan langkah-langkah dari mendaftar sampai memposting sebuah tulisan di blog.
Setelah mendaftar, aku memulai dengan memposting sebuah tulisan puisi sederhana. Itupun aku buat sebagai pemenuhan kewajiban atas tugas yang diberikan guru TIK. Setiap siswa dihimbau untuk memposting tulisan di laman blog pribadi yang telah didaftarkan, jika tidak, maka kosonglah nilai ujian akhir. “Hasil postingan kalian akan dihitung sebagai ujian akhir, buatlah dengan sungguh-sungguh” kira-kira begitu guruku menerangkan. Aku lupa bentuk puisi seperti apa yang bisa tercipta oleh pikiran anak sekolah menengah layaknya aku. Sampai sekarang aku amat menyesal telah menghilangkan memori berharga membuat puisi. Nyatanya, aku bahkan lupa alamat blog yang aku buat saat itu.
2013
Tepat satu tahun berlalu setelah bahkan aku telah menginjak kelas 8. Sekolah mengadakan lomba blog untuk para siswa. Aku tidak sama sekali berminat mengikuti lomba ini. Untungnya, sekolahku mengundang dua pembicara yang saat itu merupakan blogger terkenal dan mendapatkan banyak pundi uang dari hasil kegiatan blogging. Belakangan baru aku ketahui bahwa pembicara tersebut diundang sengaja untuk memantik motivasi seluruh siswa agar berbondong-bondong membuat dan menulis di blog. Aku sendiri benar-benar takjub dan tentu saja ikut latah tergiur ingin menjadi seorang narablog. Aku lupa password untuk login pada alamat blog yang pernah aku buat lampau lalu saat ujian TIK, maka kuputuskan untuk membuat alamat baru. Setelahnya aku memulai menulis untuk mengikuti lomba blog yang diadakan sekolah. Tentu saja tulisanku belum cukup baik dan gagal membawaku sebagai pememang (bahkan sebagai tulisan terpilih pun tidak).
2014-2018
Sejak memasuki kehidupan kuliah, aku baru menyadari betapa aku sangat menyukai membaca novel. Pertama-tama, aku dibuat menangis akan kesempurnaan kisah yang mengajarkan kebijaksanaan hidup ditulis oleh Alexander Dumas yang berjudul ‘The Count of Monte Cristo’. Disusul dengan tulisan yang juga bukan main membuat aku tidak hanya membutuhkan selusin tisu untuk mengelap air mata di pipi, tetapi juga berhasil membuat aku bangun tidur dengan perasaan haus menjadi manusia yang menghargai kebaikan. Buku itu di tulis oleh Victor Hugo dengan judulnya ‘Les Miserables’. Secara susul menyusul aku mulai penasaran dengan kisah-kisah lain tentang kebijaksanaan, maka aku memutuskan untuk mendengarkan saran teman membaca buku tetralogi buru yang di tulis oleh Pramoedya Ananta Toer.
Menyelami kisah-kisah dalam novel tentu membuatku makin penasaran tentang bagaimana bisa terlahir seorang yang dengan bakat luar biasa mampu menyusun kalimat indah, alur cerita menarik dan mampu menyadarkan tiap pembaca agar kerap melakukan refleksi dan evaluasi diri setelah membaca karya tersebut. Sayangnya, sampai saat ini, aku masih belum bisa menemukan jawaban kecuali harus menerima fakta bahwa kemampuan menulis adalah bakat dan berkat dari sang Maha Kuasa. Diberikan kepada manusia tertentu untuk melakukan perubahan-perubahan bagi peradaban menusia melalui karyanya. Tidak semua orang memiliki hobi membaca, yang olehnya tidak semua orang hobi menulis. Aku berpendapat bahwa mungkin saja orang-orang yang hobi menulis disebabkan membiasakan dirinya gemar membaca.
Seperti aku, datang motivasi yang mendorong amat kuat untuk menulis bersumber dari inspirasi atas kegiatan membaca. Hal ini sesederhana aku ingin melihat seberapa cakap aku bisa meniru kemampuan menulis seperti orang-orang yang berhasil membuat tulisan. Kebetulan aku memiliki blog, maka aku menulis pertama kali dengan sangat niat tentang awal mula perjalanan hidup menempuh sekolah menengah di perantauan. Kalian bisa lihat bentuk tulisan pada gambar dibawah ini dan lengkapnya bisa dibaca dengan klik ini.

Setelah itu, di waktu yang bersamaan, aku juga masih sedang tinggi-tinggi nya aktif membaca novel. Aku berpikir, tidak ada salahnya untuk sedikit menulis ulasan dan review mengenai novel-novel yang aku baca dan mempostingnya di blog.

Melalui tulisan ini, aku sebenarnya tidak menemukan satu momen spesialpun yang akhirnya berperan besar terhadap rasa banggaku menulis di blog. Segala sesuatunya berjalan terlalu flat dan saya pikir biasa saja. Kecuali satu momen dimana aku menemukan sebuah kompetisi menulis blog dari sebuah start-up e-commerse barang bekas. Saat itu, aku menulis secara sungguh-sungguh mengikuti tema yang ditentukan, yakni tentang barang bekas yang kiranya menjadi impianku untuk dapat dibeli. Aku tidak sama sekali ingin membeli satu barangpun disitu, namun aku memiliki niat untuk membelikan sesuatu sebagai persembahan ulang tahun sahabatku. Alhasil, aku menulis alasan mengapa aku ingin membeli barang bekas di e-commerse tersebut tidak lain menceritakan kehidupan sahabatku. Kalian bisa baca disini.

Kali itu adalah lomba blog pertama yang saya ikuti sepanjang tahun 2014-2018. Berakhir dengan tentu saja kekalahan. Momen ini bisa jadi titik awal bagiku untuk terus secara semangat mengasah kemampuan menulis.
2019
Sebelum tulisan mengenai rencana dan mimpi tahun 2019 dimulai. Aku ingin terlebih dahulu menyapa kalian. Selamat memasuki tahun 2019, kawan. Semoga tahun ini dapat menjadi tahun keberuntungan bagi kalian untuk terus mengembangkan diri. Sebagaimana aku juga berharap kepada diriku sendiri.
Sejujurnya, aku selalu merasa bukan tipikal orang yang memiliki kemampuan yang baik dalam membuat rencana dan mimpi masa depan. Maka tentu saja, menjawab ‘apa resolusiku tahun 2019?’ adalah suatu kesulitan yang aku hadapi, bukan hanya hari ini, bahkan tahun-tahun yang lalu telah berjalan. Aku pernah amat berambisi untuk mencapai satu atau dua prestasi sebagai resolusi. namun rasanya kegagalan amat setia mampir dalam kehidupanku. Sebagai sesorang yang memiliki ambisi, tentu saja pencapaian adalah keharusan. Jika tidak satu pun pencapaian tercapai, maka dunia terasa berhenti, bukan begitu?
Entah sejak kapan, kalau tidak salah ingat, setelah membaca bukunya Mark Manson berjudul ‘The Subtle Art Of Not Giving a F*ck’. Aku ditampar tentang perlunya hidup disaat ini. Maksudnya barangkali adalah menikmati apa yang saat ini sedang berjalan, dan tidak merasa perlu membebankan diri dengan membuat bayang-bayanng dan imajinasi tentang masa depan. Terlebih masa depan dengan kondisi yang kita sendiri idealkan. Jika ini terjadi, kehidupan kita akan dipenuhi dengan obsesi akan kehidupan ideal dan ketakutan akan hidup tidak ideal. Padahal sekali lagi, realita merupakan satu-satunya hal yang sedang kita hadapi, dan tidak semua realita adalah ideal.
Hari ini, aku tentu saja memilih untuk selalu menikmati apa-apa yang terjadi hari ini. Dan resolusiku ditahun 2019 tidak lain juga menikmati hidup pada hari-hari yang akan berjalan nanti. Oh, untuk menulis blog, tentu saja aku akan melakukan kegiatan menulis dan mempublikasinya di blog. Menulis adalah apa yang aku nikmati. Tidak hanya ditahun 2019, namun tahun-tahun mendatang hingga takdir mati menjemputku.
Hai, salam kenal! Berjasa banget ya guru TIK di sekolahmu, hehehe. Saya juga mulai ngeblog sejak SMP, lho. Tahun 2005an deh kalau nggak salah. Semoga terus membaca, menulis, dan berkarya yak! 😀
LikeLike
Luar biasa ngeblog sejak SMA, zamanku SMA dulu belum dipelajari blog kak hehhe, mantabbb 🙂
LikeLike