#Review – Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi, M Aan Mansyur


cover

Terkadang, aku merasa menjadi penulis butuh sikap empati yang berlebih. Hanya dengan berempati, seorang menulis segala-sesuatunya secara detil dan sarat akan sisi emosional. Hanya dengan menulis sarat emosional, pembaca ikut terjun nan terbuai akan kisah yang ada. Rasanya inilah satu-satunya racik mujarab agar karya laris di pasar. Aku temukan banyak dari racikan tersebut dalam novel yang aku review saat ini, “Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi” ditulis oleh  Aan Mansyur.

Satu hal yang paling membuat aku setuju dari kisah yang Jiwa tulis ini adalah kalimat yang mengatakan bahwa perempuan sebenarnya jauh lebih kuat dari laki-laki. Membaca hal ini, membuatku banyak melakukan refleksi terhadap perempuan-perempuan yang selama ini hadir dalam hidupku. paling terbukti adalah ibu.

Mungkin tidak seperti apa yang digambarkan Jiwa terhadap  Ibunya yang siap banting tulang siang malam, ditinggal suami menikah lagi yang tak pernah saharipun mampir. Ibuku dalam kehidupan nyata adalah sosok kuat, bahkan jika ku perlu bandingkan dengan semua laki-laki dalam keluargaku (termasuk ayah, kaka laki-laki premanku, aku) tidak sebanding betapa kuatnya ibu. Sejak sekolah dasar dan bangkrutnya bisnis bapak. Ibu mulai menafkahi seluruh keluarga seorang diri, berjualan dipasar. Mungkin karena bapak masih kecewa akan kehidupan bangkrut usahanya, ia enggan barang membantu mencari penghidupan.

Aku memiliki kaka laki-laki yang dikenal preman dikampungku. Semua anggota keluargaku satu persatu merasa nyerah untuk menghentikan tingkah kaka ini. termasuk ayah. Tapi ibu, “siapa lagi yang peduli sama dia nak? Ya namanya juga anak” kalimat sederhana yang ibu lontarkan kerap ketika ku imbau “udah sih bu, jangan peduliin lagi, kayaknya sampai kapanpun dia tidak akan berubah”. kalau bolehlah aku jujur, aku jauh lebih kagum dengan perempuan. Mereka kuat tanpa perlu diakui.

Baiklah, kembali ke kisah Jiwa dalam novel “Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi”. Ini adalah kisah tentang Jiwa yang  ditulis hanya dalam dua minggu. Katanya, tepat beberapa hari setelah merampungkan kisah ini, Jiwa menyusul Nenek, Ibu dan Rahman di surga. Jiwa dibesarkan bersama nenek dan ibu serta kedua adiknya. Jiwa berteman dengan sepi, bersahabat dengan wanita kecil berbaju ungu dari kunang-kunang, juga cinta dengan hujan. Katanya, hujan adalah wanita kecil yang sedang menangis.

Jiwa dapat melihat tanda kematian, malam hari sebelum suatu kabar meninggalnya seorang dikampung dia tinggal, Jiwa selalu melihat cahaya lilin tanpa seorang pun dapat melihat. Jiwa menyukai dan terbuai asmara dengan Nanti. Nanti juga cinta dengan Jiwa. Namun sayang, Jiwa ditinggal nikah oleh Nanti. Semua kisah ini, dia tulis hanya untuk Nanti. Kekecawaan Jiwa yang ditinnggal Nanti membuatnya enggan menikah dengan siapapun; malas pula menghadiri suatu pernikahan, meski datang dari teman terbaiknya sekalipun.

Jiwa senang ketika mendengar kabar bahwa Nanti tidak memiliki hubungan baik dengan suaminya. Suatu hari ketika Nanti telah bercerai dengan suaminya, bertemulah kembali Nanti dengan segudang penyesalanya dengan Jiwa. Jiwa dihari itu menyatakan kembali cinta dan niatnya untuk menikahi Nanti. “aku akan memberikan kejutan untukmu dalam waktu dekat” begitulah Jiwa menutup percakapan. Tiga hari setelah itu, Jiwa meninggal dan memberikan kisah ini. mungkin inilah yang dimaksud kejutanya.

Aku penasaran, jangan-jangan ini memang kisah nyata. Namun, Ayah Aan bilang “biarlah kau anggap ini nyata, biar pula kau anggap tak nyata”, kemudian menambahkan “sesuatu bahkan jauh lebih indah ketika kita menempatkanya diantara yang nyata dengan yang tidak nyata”.

2 thoughts on “#Review – Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi, M Aan Mansyur

Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Built with WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: