Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer

Baiklah semua, kali ini akan sedikit panjang aku coba ulas karya tetralogi buru Pramodya ini. “Bumi Manusia” adalah pembuka dari rentet kisahnya. Sebelum itu, ingin rasa sampaikan syukur memiliki kesempatan dapat membacanya. Bisa dijamin bahwa Pram bahkan dalam kebijaksanaan tutur kisanya dapat melampaui Viktor Hugo pada “Les Misserables” juga dalam tutur romansa cinta dramanya dapat lampaui Emily bronte pada “Wuthering Heights”. Sebagai penikmat sastra apalagi berwarganegara Indonesia, tentu Pram membuat siapapapun bergumam dalam hati “berbangga… berbangga”. Kapanlah setidaknya menyukil bagian tetes otaknya agar kubisa toreh cantiknya berkisah layaknya bliau berkisah.

Karena kisah disini amatlah kompleks, ada baik kucoba dulu perkenalkan tokoh utama dengan karakternya masing-masing mewarnai tiap bait cerita. Minke, siswa pribumi H.B.S digambar sebagai pemuda tulus, pembantah Ayah yang dengan darah Jawanya selalu menuntutnya untuk menjadi pribadi yang jawa (?), penulis ulung karyanya selalu dimuat koran2. Nyai Ontosoroh, seorang Nyai (gadis yang dijual oleh ortunya kepada eropa untuk pemuasan birahi eropa totok); yang oleh getirnya memunculkan sikap eropa, ayu, ototidak, perkasa juga luhur. Annelies, gadis cantik setara bidadari yang pedalamaya rapuh karena cinta, dia istri Minke, Anak Nyai Ontosoroh.

Di “Bumi Manusia” ini; banyaklah kisah berpagut pada jalanya cinta Minke dengan Annelies, sedang Nyai digambar sebagai tokoh figur yang dengan tabiatnya mulai dijadikan minke sebagai bayang-bayangnya. bagaimana tidak? seorang Nyai: tidak bersekolah dan pribumi bisa menjadi lakon dominan, berpendidikan eropa karena pengalaman hidup yang penuh kegetiran. bagaimana kisah ditutup? sayang; Mingke harus ditinggal Annelies pergi ke belanda atas dendam istri dan anak sah suami Nyai.