CURRENT THEORETICAL PERSPECTIVES
Dalam bab ini, perspektif konstruktivis, feminis, multicultural, integrative dan sistem ekologis akan dijabarkan. Perspektif tersebut merupakan sudut pandang yang inklusif yang melebihi dasar model teoritis dan akan berintegrasi dari satu teori yang digunakan dalam praktik tertentu.
CONSTRUCTIVISM
Konstruktivisme berfokus pada interdependensi (saling bergantung) dari pemikiran, perasaan, dan tingkah laku dibandingkan dari keunggulan pemikiran. Teori ini juga fenomenologis dimana berfokus pada pandangan subjektif dari diri, orang lain dan dunia. Hal tersebut merupakan perbedaan yang besar dari teori tingkahlaku-kognitif lainnya dimana fokusnya kepada proses internal dan keterlibatan dalam kelekatan awal sebagai sebuah konteks untuk perkembangan kognitif. Dengan kata lain, konstruktivisme memperbolehkan proses ketidaksadaran, mempertimbangkan perkembangan masa lalu dan mengeksplorasi hubungan dari fikiran, perasaan dan apa yang dilakukan di masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Teori ini mempercayai bahwa manusia merupakan pencipta dan penafsir realita yang dialaminya. Teoritikus berfokus pada bagaimana manusia memproses informasi baru untuk beradaptasi pada permintaan lingkungan, bagaimana mereka berasal yang menghasilkan pengalaman. Isunya adalah tidak tentang keobjektifan realita tersebut, melainkan satu pandangan yang terkonstruksi dari dunia yang cukup pragmatis untuk membantu adaptasi dengan lingkungan.
Pandangan ini mencoba menempatkan perkembangan emosional, kognitif dan biologis dengan teori sistem dan informasi. Berbasis dari penerimaan dari berbagai realitas, bisa dilihat dalam sebuah teori konstruktivisme sistem keluarga, yang dimana akan membantu keluarga untuk dekonstruksi dan mengkonstruksi ulang pengalaman-pengalaman baru tentang siapa dan bagaimana mereka.
Constructivism’s Major Principles of Helping
Dalam konstruktivisme, penekanan dari terapi adalah mengeksplorasi inti dari asumsi klien dan darimana hal tersebut berasal. Tujuannya merupakan modifikasi dan reorganisasi dari skema inti yang relevan untuk diri, identitas dan dunia. Teori konstruktivisme mengatakan bahwa ketidaksadaran, level diam diam dari struktur pengetahuan seseorang harus dibawa ke dalam kesadaran apabila perubahan structural dari dalam diri dan perubahan tentang bagaimana satu pengalaman di dunia terjadi. Penekanannya adalah eksplorasi dari proses perkembangan dalam membuat arti. Proses ini dipengaruhi oleh satu kelekatan sejarah yang melibatkan konstruksi dari diri, orang lain dan dunia.
Prinsip-prinsip besar yang membantu:
- Klien, dibandingkan terapis, dilihat sebagai seseorang yang ahli. Terapis berkolaborasi dengan klien, memberdayakan klien untuk dapat menantang asumsi inti yang mereka miliki melalui metafora, naratif dan respon kepada pertanyaan langsung
- Proses dari perubahan melibatkan pertimbangan tujuan dan pilihan alternative. Klien didorong untuk bersuara tentang tujuan yang ingin dicapai, untuk mengambil resiko dalam mendapatkan tujuannya, untuk menerima konsekuensi dari pilihan dan untuk mengakui kapasitas yang dimilikinya untuk melakukan suatu perubahan.
- Kerja sama dekonstruksi dari penaklukan asumsi inti dan konstruksi dari pemberian bantuan yang kolaboratif merupakan salah satu alat untuk mencapai perubahan.
Implications for Helpers
Pendekatan ini memperbolehkan helper untuk mempertimbangkan keobjektifan dan kesubjektifan, pemikiran sadar dan tidak sadar dan proses informasi dari klien. Dengan menempatkan nilai yang setara untuk perasaan klien sebaik fikirannya, helper dapat mengarahkan klien kepada kesadaran dari bagaimana pemikiran dan perasaan mempengaruhi satu dengan lainnya. Realisasi ini dapat membuka berbagai kemungkinan untuk klien,membantu mereka melihat hubungan dimana mereka tidak sadar akan hal itu dan menunjukan kepada mereka alternative-alternatif untuk berfikir dan bertindak.
Selain itu, bekerja sama akan membantu hubungan, klien akan merasa nyaman dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi ulang pola piker dan perasaannya. Helper yang sensitive dapat mendorong klien untuk mengkaji pengaruh yang kompleks dari pengalaman-pengalamannya dan memiliki kepercayaan dalam konstruksi masa sekarang. Pengaruhnya termasuk lingkungan awal klien dan lingkungan tertentunya, gender, ras, etnis, kelas, kepercayaan, dan orientasi seksualnya. Pendekatan multiperspektif ini dapat berintegrasi dengan teori besar yang lainnya dan dapat digunakan dengan berbagai klien yang berbeda.
FEMINIST THERAPIES
Terapi-terapi feminis fokus pada pemahaman gender sebagai sebab dan akibat dari pengalaman perempuan dalam budaya patriarki. Mereka mengungkapkan dan menyebarluaskan keterbatasan dan kendala dari basis-basis nilai normatif tradisional dalam teori psikologis yang ada. Dengan demikian, alasan mereka adalah untuk menantang dan mempertanyakan sikap terhadap perempuan dari teori-teori psikologi umum, yang sebagian besar telah dikembangkan dan dipraktekkan oleh para terapis sexis.
Terapis-terapis feminis percaya bahwa teori-teori yang menganjurkan mempertahankan status quo dari budaya masyarakat hierarkis yang didominasi laki-laki, sebaliknya, nilai terapis feminis dalam hal pengembangan diri dalam kaitannya dengan lainnya (saling ketergantungan) berbeda dari pembangunan otonom diri pria sebagai individu yang mandiri ( kemerdekaan). Sebuah penelitian terbaru oleh Moradi dan lain-lain (2000) menemukan bahwa terapis feminis berlangganan gagasan bahwa ‘personal is political’, dan mereka memperhatikan masalah penindasan (seksisme, rasisme, heterosexism).
Major Principle of Helping among Feminist Therapies
- Hal yang personal sifatnya politis
- Relasi konseling sifatnya egalitarian
- Pengalaman wanita merupakan sesuatu yang bernilai
- Definisi ‘distress’ dan ‘mental illness’ telah diformulasikan
- Terapis feminis menggunakan analisa terintegrasi terhadap opresi.
Terapis feminis percaya bahwa menyatakan nilai-nilai mereka pada awal hubungan dengan klien membantu dalam penggunaan nilai-nilai tersebut dalam pemodelan dan penafsiran masalah yang ada. Mereka menghormati pandangan dunia helpees ‘beragam dan menekankan bahwa penilaian dan pengobatan formulasi harus memperhitungkan perspektif yang berbeda-beda.
Implication for Helper
Dampak dari sosialisasi gender maupun pengemukakan identitas gender tentu berkaitan dengan bagaimana klien menyadari identitas maupun peran dirinya sendiri di tengah masyarakat. Maka dalam hal ini klien akan menyadari keberadaan hak-hak nya, dan membuka keinginan untuk mengakses kekuatan maupun kesempatan yang setara. Formula yang terbetuk dari perspektif egalitarian, hubungan mutual, dan fokus terhadap pemberdayaan maupun intervensi yang ada menguatkan pandangan klien terhadap opsi-opsi yang akan dipilih.
MULTICULTURAL MODEL
Model ini didasari oleh pemikiran teoritis yaitu, (1) Kondisi social budaya merupakan kondisi yang bisa bertanggung jawab atas masalah orang-orang yang mencari bantuan, (2) Setiap budaya memiliki cara yang bermakna untuk mengatasi suatu masalah, dan (3) Seperti yang kita ketahui bahwa konseling merupakan penemuan budaya barat (Pedersen, 2000). Perbedaan elemen-elemen dari teori tersebut mungkin akan berbeda pengaplikasiannya dalam budaya yang berbeda dan bisa saja diterapkan secara universal. Namun, pekerja social menyadari dan menghargai adanya perbedaan budaya, tidak melakukan dominasi dengan kelompok minoritas, isu akulturasi, dan variable budaya khusus mengenai teori konseling serta strategi konseling .
Implications for Helpers
Helpers harus belajar tentang adanya nilai yang beragam diseluruh dunia. Untuk memahami perbedaan kelompok-kelompok budaya, helper harus memahami perbedaan intragroup (dinamika yang terjadi diantara kelompok). Helper harus peka terhadap perbedaan budaya yang ada dalam diri klien dan bagaimana mereka melihat hubungan, keluarga dan dunia. Mereka harus menerima penggunaan Bahasa klien dan gaya verbal dan non verbal mereka, keadaan nyaman mereka, waktu dan jarak serta perasaan mereka dalam mengekspresikan emosi. Helper juga harus menyadari tentang bagaimana tujuan para klien itu berkembang sesuai dengan ras, etnik, gender, kelas, wilayah, agama, dan pengaruh generasional. Kesadaran ini penting untuk perkembangan kepekaan mereka terhadap multicultural.
INTEGRATIVE THEORITICAL APPROACHES
Kebanyakan pekerja sosial (PS) menggunakan kolobarai konsep, teknik, dan beberapa variasi pendekatan teori dari berbagai perspektif dalam melakukan proses intervensi, inilah yang disebut sebagai integrasi atas pruralistik yang ada. Dalam pendekatan ini, diperlukan bagi PS untuk memahami bahwa setiap teori memiliki keterbatasan masing-masing terhadap perilaku manusia. Secara jelasnya, PS harus secara hati-hati memiih strategi yang cocok untuk klien. Oleh karenanya, pendekatan integrasi teori membutuhkan keteramppilan self-awarness (kesadaran-diri), sehingga PS dapat mengerti mengapa satu perspektif teori muncul dalam perilaku seorang sedangkan teori yang lain tidak.
Pendekatan terintegrasi ini mengisyaratkan bahwa PS secara kontinu membuka dan mencari pemahaman baru tentang perilaku manusia dan teknik efektif intervensi lainya.
MULTIMODAL THEORY AND THERAPY
Seperti yang telah dikembangkan oleh Arnold Lazarus (1986, 1989, 1992, 1995, 1996b, 1997a) terapi multimodal adalah suatu pendekatan yang komprehensif, sistematis, dan ekletik. Ia mendeskripsikan model ini sebagai pendekatan yang fleksibel dan personal dalam membantu helper menggunakan beberapa kombinasi teknik dari berbagai macam pendekatan teoritis yang berbeda tanpa mementingkan atau menganut atau tergantung pada keyakinan prinsipil dari masing-masing suatu teknik tertentu. Secara teoritis, pendekatan terapi multimodal berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran sosial (social learning), suatu interkasi resiprokal antara variabel personal dan lingkungan. Lazarus (1986) meyakini bahwa kepribadian dibentuk, dipelihara, dan diubah melalui banyak proses, seperti : classical and operant conditioning, modeling and vicarious learning, pikiran-pikiran, perasaan, penginderaan, sensai, dan proses-proses yang tidak disadari seperti penghindaran dan distorsi interpersonal.
Dalam terapi multimodal, masalah-masalah emosional dan psikologis dikonseptualisasikan sebagai multidimensional dan multi-ditentukan (Lazarus, 1971, 1989). Untuk melakukan perubahan-perubahan pada klien, konselor melakukan konseling di dalam sebuah penilaian multidimensional dan pendekatan perawatan/perlakuan. Lazarus menghipotesiskan bahwa fungsi manusia tersusun dari tujuh dimensi atau modalitas utama: behaviour / perilaku (B); affect / mempengaruhi (A); sensasi (S); imagery / imajinasi (I); cognition / kognisi (C); interpersonal relationship / hubungan interpersonal (I); dan drugs/biological functions / fungsi-fungsi obat-obatan/biologis (D). Modalitas-modalitas tersebut dapat dengan mudah diingat dengan mengambil huruf pertama dari setiap modalitas untuk membentuk akronim BASIC ID. “Behaviour” menunjuk pada perilaku, tindakan, dan kebiasaan yang dapat diobservasi. “Affect” menunjuk pada emosi dan perasaan. “Sensasi” menunjuk pada lima panca indera – visual, auditori, penciuman, rasa, dan kinestetik. ”Imagery” menunjuk pada memori, mimpi, dan fantasi-fantasi. “Kognisi” menunjuk pada proses-proses berpikir, keyakinan, nilai, dan gagasan-gagasan. “Hubungan-hubungan interpersonal” menunjuk pada interaksi-interaksi dengan orang lain. terakhir, “fungsi-fungsi biologis/obat-obatan” menunjuk pada fungsi biokimia, perilaku sakit (misalnya, kondisi-kondisi medis, tipe pengobatan yang diambil) dan perilaku sehat (misalnya, kebiasaan nutrisional, olah raga).
Major Principles of Helping
Pendekatan multimodal memberi kebebasan bagi helper untuk memilih teknik dari pendekatan apa saja yang ditujukan untuk mengatasi masalah spesifik tertentu yang dimiliki oleh helpee. Mengikuti model BASIC ID, memungkinkan adanya eksplorasi yang luas, di mana helper memprioritaskan modalitas yang berfokus pada outcomes. Inti dari prinsip helping Lazarus adalah aktif, pengajaran, konsultatif, dan fungsi pencontohan peran (role modeling) oleh helper. Kesemua prinsip tersebut fleksibel, dan terapis memiliki daftar yang luas dalam memilih gaya hubungan dan teknik yang secara konstan selalu disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan helpee.
Impilications for Helpers
Terapi multimodal adalah metode pendekatan yang jelas dan konkret serta dapat dipelajari dan dikuasai dalam waktu yang relative singkat oleh helper. Metode ini juga dapat digunakan dalam berbagai macam setting, biasanya dalam sekolah dan komunitas-yang berdasarkan pada hasil tingkah laku yang dapat diobservasi. Teknik yang ada memungkinkan helper untuk memenuhi keseluruhan asesmen yang holistik bagi klien untuk memformulasikam tujuan dan target prioritas yang jelas. Helper mengapresiasi fleksibiltas dan keterbukaan pendekatan ini dan dapat bekerjasama dengan resistensi serta kehendak klien.
ECOLOGICAL SYSTEMS PERSPECTIVE
Perpektif ini berkembang dari teori system keluarga yang menegaskan bahwa individual tidak bisa dianggap diluar konteks dari system hubungan keluarga yang primer. Perspektif system ekologi ini membawa prinsip prinsip menjadi system social yang luas. Dasar dasar pemikirannya yaitu terdiri dari tiga. Yang pertama adalah individu adalah system dalam dirinya sendiri yang terdiri dari komponen interaksi atau subsistem seperti kognitif, afektif, dan psikologis. Kedua, individu adalah komponen dari system keluarga di masa lalu dan sekarang yang pada gilirannya merupakan komponen dalam system social yang luas seperti sekolah, tempat kerja, dan komunitas. Dan yang ketiga adalah masalah individu cenderung berasal dari kebanyakan orang miskin.Perpektif ini adalah multi kontekstual. Masalah individu mempunyai arti di system social yang luas. Adanya pengaruh hubungan timbal balik antara masalah seseorang, keadaan hidup, dan pola interaksi dari keluarga, sekolah, tempat kerja, dan komunitas.
Penting bagi helpee untuk mempertimbangkan bagian variabel lingkungan bermain dalam penciptaan dan pemeliharaan masalahnya. Teori system ekologi berdasarkan Bronfenbenner (1979) dan Knoff (1986) menyediakan prinsip yang penting bagi helper yaitu adanya perubahan dalam satu komponen sebuah system akan merubah segalanya di dalam system dan bahwa kebutuhan serta tujuan dari system yang lebih luas diutamakan daripada subsistem. Bagaimana seorang individu berfungsi dan membuat pilihan sangat dipengaruhi oleh system eksternal dan internal. Perspektif system ekologi berfungsi sebagai kerangka dimana untuk mempertimbangkan perkembangan individu, keberfungsian, dan perubahan perilaku tertanam di dalam konteks keluarga yang pada gilirannya tertanam di konteks sosiokulturan yang lebih luas.
Implications for Helpers
Disini seorang social worker yang familiar dengan perspektif system ekologi tidak bisa melihat seorang individu diluar konteks. Mereka harus menentukan dimana untuk mengakses dan berkerja dengan masalahnya serta mungkin ada jenis simlutan untuk membantu. Tujuannya untuk meningkatkan keberfungsian dari system interaksi dan disaat yang sama memberdayakan individu untuk meningkatkan hubungan mereka dan interaksinya dengan system yang lain. Fokusnya adalah perubahan system bukan menyalahkan orang lain. Sangat penting untuk tidak melupakan kekuatan dan partisipasi dari individu tersebut. Fokusnya adalah pada tanggung jawab dan partisipasi bersama dengan sensitivitas khusus pada kekuatan variable eksternal dan internal.
Rangkuman ditulis oleh : Ahmad Rofai, Anggara Yudha, Citra Amalia, Elfha Savira, Enciro Chandra, Rakha Gusti.
REFERENSI
Okun, Barbara F. (2002). Effective Helping: Interviewing and Counseling Techniques. 6th edition. California: Brooks/Cole
Sumber gambar: www.avvocatoandreani.it
Leave a Reply