Keterampilan Dasar; Komunikasi


COMMUNICATION SKILLS
Supaya efektif, seorang helper harus menggunakan kemampuan berkomunikasinya agar mereka bisa mendengar dan mengetahui pesan-pesan verbal, non-verbal dan juga respon yang sifatnya verbal dan non-verbal. Untuk memastikan bahwa kemampuan ini menjadi bagian yang utuh dari helping techniques, helper harus melatih kemampuan tersebut secara terus menerus. Ketika memulai latihan ini, kamu akan merasa tidak nyaman dan capek. Latihan komunikasi tidak semudah belajar teori-teori tentang kemampuan komunikasi.
Karena latihan komunikasi itu penting, latihan dengan grup akan lebih mudah. Berbagi apa yang kamu telah alami selama latihan, perasaan dan pengakuan tentang apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan dan apa yang ingin dihindari (pendekatan dan reaksi menghindari) merupakan aspek yang menguntungkan dalam latihan komunikasi.

PERCEIVING NON-VERBAL MESSAGES
Alasan mengapa sangat penting untuk memahami komunikasi non-verbal adalah karena ini merupakan dasar terciptanya hubungan antar manusia. Kita harus menginterpretasikan gesture tubuh, pstur, ekspresi wajah, hubungan spasial, penampilan, dan karakteristik budaya. Dan kita sebagai helper harus mencoba untuk mengembangkan kesadaran dari perwujudan non-verbal dan maksud yang bervariasi. Berikut adalah jenis-jenis isyarat non-verbal yang muncul dalam hubungan berkomunikasi.
Isyarat non-verbal dalam hubungan berkomunikasi

Feature Examples
Posisi Tubuh Tegang, Relax, condong kea rah tertentu atau menjauh dari.
Mata Berkaca-kaca, terbuka, tertutup, terlalu banyak berkedip, berkedut
Kontak mata Tenang, menghindari, licik

Pergerakan Tubuh Lututnya tersentak, ketukan, tangan dan gerakan kaki, gelisah, menganggukan kepala, jari menunjuk, bergantung pada lengan dan tangan untuk mengekspresikan pesan, sentuhan.

Postur tubuh Bahu membungkuk, bungkuk, kaki bersila, kaku, relaks
Mulut Tersenyum, menggigit bibir, menjilat bibir, tertutup, agak terbuka
Ekspresi wajah Animated, lunak, menganggu, cemberut, mengerut, menyeringai

Kulit Kemerahan, ruam, berkeringat, pucat
Penampilan umum Bersih, rapi, ceroboh, jerawatt
Suara Cepat, lambat, tersentak-sentak, bernada tinggi, berbisik, bergumam

HEARING VERBAL MESSAGES
Kita semua menyadari kebutuhan untuk dapat mendengarkan pesan verbal dengan baik dan terkadang kita dituntut untuk dapat secara akurat menyatakan kembali pesan verbal sederhana seseorang tersebut dalam situasi tertentu. Tetapi jika kita memikirkan kembali permainan “telepon” saat kita kecil, kita dapat mengingat bagaiaman sebuah pesan verbal sederhana dapat terdistorsi oleh beberapa orang berbeda. Permasalahannya adalah terkadang kita seringkali mengalami kesulitan dalam menangkap konten afektif dalam suatu pesan daripada konten kognitifnya.

Konten kognitif mencakup fakta-fakta dan kata-kata aktual dalam pesan. Sedangkan konten afektif dapat berupa verbal ataupun non-verbal yang mencakup perasaan-perasaan, sikap-sikap, dan perilaku. Menangkap pesan verbal harus melibatkan kedua jenis konten tersebut, baik kognitif maupun afektif. Namun, konten kognitif seringkali lebih mudah dipahami daripada konten afektif. Kita harus dapat membedakan kedua jenis konten, di mana konten afektif dan kognitif dalam suatu pesan dapat berbeda dan konten afektif seringkali kurang terlihat atau implisit. Respons helper terhadap pernyataan helpee akan bergantung pada kemampuan helper dalam memahami apa yang dikatakan dan apa yang dapat diungkap dalam makna tersembunyi yang terdapat dalam konten afeektif. Pada tahap selanjutnya, repons helper akan mempengaruhi arah pernyataan helpee pada tahap selanjutnya. Maka dari itu, penting bagi helper untuk dapat menangkap perbedaan kedua jenis tersebut dan ini berkaitan dengan kemampuan mendengarkan efektif.

Verbal Cognitive Messages
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pesan kognitif lebih mudah ditangkap daripada pesan afektif. Pesan kognitif biasanya termasuk percakapan tentang suatu hal, orang, ataupun kejadian yang melibatkan tema sederhana ataupun kompleks. Jika kita hanya merespons pesan kognitif klien, kita tidak akan pernah bisa memahami perasaan yang terdapat di dalam pesan tersebut.
Verbal Affective Massagge
Pesan afektif termasuk feelings: emosi yang baik secra langsung maupun tidak langsung diekspresikan. Mereka sangat lebih sulit untu dikomunikasikan dibandingkan pesan kognitif dan juga lebih sulit untuk dipahami serta didengar. Dengan memahami pesan afektif dan cara merespon mereka, helper, melakukan komunikasi tidak hanya penerimaan aras emosi klien tetapi juga permisi (pengizinan) untuk kliean untuk mengalami dan “memiliki” feeling tersebut. Feeling dapat dikategorikan dalam empat hal: kemarahan, kesedihan, ketakutan dan kebahagiaan. Mengidentifikasi feeling dalam pesan verbal sangat rumit diawal dan ini berhubungan pada seberapa nyaman dan pandai helper dalam menngenali dan mengekspresikan feelingnya. Dan merupakan hal penting bagi helper untuk mendengarkan pesan klien dan mengidentifikasi feeling mereka dibandingkan projek diri helper sendiri pada klien. Dan hal ini membutuhkan kuntiunitas dan praktek yang berulang-ulang.

RESPONDING VERBALLY AND NONVERBALLY
Helpee harus memiliki kemampuan dalam merespon ketika mendengarkan sebagai sebuah basis untuk merespon aktivitas verbal dan nonverbal dari klien. Respon tersebut didefinisikan sebagai penghadiran dari pesan verbal dan nonverbal dan nyata dan bersandar pada pemikiran dan perasaan dari klien. Hal ini mudah untuk dikatakan dibandingkan dilakukan dan melibatkan perkembanga kesadaran diri dari komunikator yang memiliki kemampuan mendengar dan pemahaman yang baik.

Respon mendengar berimplikasi bahwa helper dapat mengkomunikasikan empati, penerimaa dan focus untuk helpee dan pada saat yang sama meningkatkan pemahaman dari isu dengan mengklarifikasi pendapat yang dikemukakan oleh helpee. Helper arus dapat mengkomunikasikan kepada klien indentifikasi dan pemahaman dari focus pokok pemikiran dan perasaan, sebaik pelayanan yang mereka berikan. Hal tersebut penting bahwa helper harus kongruen dalam komunikasi verbal dan nonverbalnya, atau helpee akan bingung dengan pesan yang ganda dari heper begitu juga sebaliknya helper akan bingung apabila helpee mengirimkan pesan verbal dan nonverbal yang ganda.
Dalam membantu helpee, helper harus merespon dengan tidak meningkatkan pemahaman tentang diri mereka yang salah, namun lebih kepada helper membantu klien mengidentifikasikan dan menginterpretasikan perasaan dan pemikiran klien, dan menambahkan kejelasan dan pemahaman dari apa yang helpee kemukakan.

Tingkah laku non verbal untuk membantu hubungan yang efektif termasuk sekali-sekali mengangguk, tersenyum, dan gerak tangan; menjaga kontak mata dengan baik, menggunakan mimik muka, belajar dari helpee (duduk disamping dengan tidak ada meja sebagai penghalang), berbicara dengan nada moderat dan berbicara dengan suara yang suportif. Tingkah laku nonverbal dikomunikasikan dengan kehangatan, pemahaman, penuh perhatian, dan efikasi, bagian dari dan kongruen dengan tingkah laku verbal. Kita harus mengadaptasi tingkah laku nonverbal kita untuk meningkatkan kenyamanan dari klien.

Verbal Responding
Ketika kita berkomunikasi secara verbal kita harus menempatkan (1) mengkomunikasikan kepada helpee bahwa kita sangat mendengarkan dan memahami perspektif mereka, (2) untuk mengkomunikasikan kemampuan kita untuk membantu, kehangatan kita, penerimaan, rasa hormat dan pelayanan dan (3) untuk meningkatkan pemahaman diri klien dan eksplorasi diri klien sebagik pehamanannya terhadap orang lain dengan berfokus pada tema besar, mengklarifikasi inkonsistensi, merefleksikan kembali perasaan, mempersatukan fokus masalah, pemikiran dan perasaan. Untuk lebih efektif dalam merespon, kita harus mempelajari tentang Bahasa dan perbedaan kebudayaan yang spesifik.

Sue (1992) menyarankan kita mempertimbangkan isyarat suara, volume bicara, waktu yang tepat untuk berbicara, dan waktu yang kurang tepat untuk berbicara. Okun, Fried and Okun (1999) menyarankan pemahaman pribadi dan orang lain menggunakan bahasa yang memiliki arti dan nilai untuk level yang tertutup ataupun terbuka, penekanan nada dan punktuasi melalui teori dan praktik.

Kita berfokus pada respon verbal dengan mengidentifikasikan dampak besar dan isi pemikiran dari helpee. Kita juga mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan respon yang memfasilitasi helpee, dimana klien dapat memahami pemikirannya dan perasaannya dan menambahkan beberapa pemahaman dari apa yang klien coba untuk komunikasikan. Bentuk dari respon mendengarkan ini sangat membantu selama tahap hubungan helpee dan helper, karena dapat memfasilitasi keobjektifan dari yang telah dipaparkan sebelumnya.

Respon direfleksikan atau merupakan paraphrase dari pemikiran dan tingkah laku klien yang verbal maupun non verbal dimana mempertimbangkan perubahan, dan respon tidak menggambarkan keseluruhan dari pesan klien tidak dapat difasilitasi.
Beberapa pedoman yang akan membantu dalam melakukan respon verbal.
1. Mendengarkan pesan yang mendasar dari helpee
2. Merespon kepada bagian yang sangat penting dari apa yang helpee kemukakan dalam pesan yang verbal maupun non verbal.
3. Merefleksikan perasaan helpee dengan intensitas yang sesuai.
4. Merefleksikan perasaan yang eksplisit maupun implisit daari helpee dan membantu mereka mendiferensiasikan diantara pemikiran dan perasaan.
5. Merespon epada tingkah laku non verbal helpee.
6. Ketika helpee merubah topiknya, responlah dengan menghadirkan pemikiran utama atau tema afektif dari topik dengan mengarahkan helpee.

ADVANCE VERBAL RESPONSE SKILL
Dalam menjalin relasi dengan klien, kita harus memulai untuk terus mengembangkan pola menanggapi secara verbal yang kongruen dengan jenis masalah yang terlibat dan tahap hubungan membantu. Berikut sepuluh jenis respon verbal :
1. Meminimalkan respon verbal. Misalnya ialah berkata ‘mm’, ‘ya’, ‘i see’. Hal ini bertujuan untuk mengisyaratkan bahwa kita mendengar klien berbicara, sehingga mereka akan terus terpancing untuk melanjutkan penjelasan.
2. Parafrase. Parafrase ialah pernyataan verbal yang dipertukarkan dengan pernyataan klien, biarpun sebenarnya kata-kata yang digunakan hanya berupa sinonim dari kata-kata yang digunakan klien.
Misalnya : klien : aku mempunyai hari yang buruk
Helper : hal-hal tidak berjalan dengan baik
3. Probing(menyelidiki, menggali). Probing merupakan usaha yang memancing klien untuk terus menjelaskan segala permasalahan secara mengalir. Hal ini menggunakan kalimat yang sifatnya ‘open-ended’
Misalnya, : ayo kita bahas, ‘tell me more’, aku kok ragu
4. Reflecting. Usaha merespon dan merefelsikan pandangan kita terhadap persepsi yang ada pada klien. Misalnya : kedengaranya kamu marah sama ibumu, kamu merasakan hal yang tidak nyaman
5. Clarifying. mencoba untuk fokus pada atau memahami sifat dasar dari pernyataan helpee. Misalnya : aku bingung, tolong jelaskan lagi, kelihatanya kamu ingin bilang bahwa,…
6. Checking out. Dilakukan ketika helper sungguh-sungguh bingung dengan persepsi klien dari apa yang klien ucapkan. Atau ketika helper mengalami firasat. Misalnya : aku berfirasat bahwa feeling ini juga terjadi padamu, benar tidak jika,…. Dalam hal ini helper bertanya terhadap klien mengenai apakah firasat helper terhadap kasus yang dialami helpee telah benar.
7. Interpreting. Interpreting terjadi ketika helper menambahkan beberapa poin terhadap pernyataan klien atau mencoba untuk membantu klien mengerti perasaan pokok yang dialaminya sendiri. Misalnya :
client/helpee : Aku hanya tidak bisa membawa diri untuk menulis laporan itu. saya selalu menundanya dan itu tergantung saya sekarang.
Helper : Anda tampaknya membenci harus melakukan sesuatu yang Anda tidak ingin melakukan
8. Konfrontasi: konfrontasi melibatkan penyediaan helpee dengan umpan balik yang jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi. Konfrontasi mungkin focus pada keaslian atau focus pada perbedaan.
9. Menginformasikan: menginformasikan terjadi ketika berbagi informasi yang obyektif dan faktual seperti apa yang anda ketahui tentang sebuah perguruan tinggi tertentu dalam hal pendaftaran siswa, jenis program, dan sebagainya. Sangat penting bagi penolong untuk memisahkan menginformasikan dari menasihati, yang dimana hal itu bersifat subjektif dan condong pada menceritakan helpee apa yang harus dilakukan.
10. Meringkas: Dengan meringkas, penolong mensintesis apa yang telah dikomunikasikan selama sesi membantu dan menyoroti tema utama afektif dan kognitif. Dengan demikian, ringkasan adalah jenis klarifikasi. Tanggapan ini penting pada akhir sesi atau selama bagian pertama dari sesi berikutnya. Meringkas menguntungkan ketika penolong dan helpee berpartisipasi dan setuju dengan ringkasan. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi penolong untuk mendorong helpee untuk berbagi perasaannya tentang si penolong dan sesi tersebut.

SUMMARY
Kita telah banyak mendiskusikan komponen kognitif dan afektif pada pesan verbal dan non verbal, mengidentifikasi dan mengelaborasi elemen menengarkan secara responsive, dan outline sepuluh jenis major respon verbal. Kita memfokuskan latihan dan kerja pada pendengaran responsive sebagai inti keterampilan komunikasi. Keefektifan latihan akan tergantung pada supervisory dan kapabilitas model trainer supervise helpernnya, tetapi pemberi instruksi tidak dapat menghabiskan kesepakatan yang tepat pad awaktu supervise pada setiap I ndividu. Keterampilan komunikasi merupakan dasar fundamental hubungan bantuan dan dapat dipelajari dan dipraktekan pada berbagi formasi berbeda, sehingga setiap helper memiliki kesempatan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi tersebut.

 

Rangkuman ditulis oleh : Ahmad Rofai, Anggara Yudha, Citra Amalia, Elfha Savira, Enciro Chandra, Rakha Gusti

REFERENSI

Okun, Barbara F. (2002). Effective Helping: Interviewing and Counseling Techniques. 6th edition. California: Brooks/Cole

 

 

sumber gambarchiasmuscommunication.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Built with WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: