Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang berhubungan dengan Pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan.
Melihat dari paparan sedikit tentang pendidikan diatas, pendidikan sangatlah penting untuk keberlangsungan kehidupan menusia, manusia dapat mengerti tentang bagaimana bersikap sesuai nilai dan norma adalah suatu bentuk dia telah mengenyam pendidikan. Tidak hanya itu, cara penyelesaian masalah pun tergantung pada setiap tingkat pendidikan manusia, cara pandang dan berpikir tentang suatu masalah seorang tukang becak tentu akan berbeda dengan cara pandang dosen. Dan inilah yang kemudian menjadi masalah, karena tukang becak yang hanya mengenyam pendididikan sekolah dasar (atau bahkan tidak sama sekali) akan menurunkan sikap acuhnya pendidikan kepada anaknya, sehingga tak jarang dari mereka yang memiliki anak disekolahkan sebatas sekolah dasar.
Hal ini tentu akan sangat kontras jika kita membandingkannya dengan seorang bapak yang memiliki pendidikan lebih tinggi dari hanya sekedar sekolah dasar, guru kita ambil contoh, dia akan berusaha membuat anaknya mengenyam pendidikan lebih tinggi karena dia sadar akan pentingnya sebuah pendidikan untuk membentuk karakter anaknya, masa depan anaknya. Ini terjadi karena tingkat capaian guru mengenai pendidikan lebih tinggi dibandingkan seorang tukang becak (hanya sebuah contoh), yang kemudian berdampak pada keturunan-keturunan mereka.
Kita dapat membayangkan apa jadinya jika para “tukang becak” yang sejatinya belum mengerti esensi dari pendidikan tetap melanjutkan mata rantai itu kemudian berlanjut kepada anaknya menjadi “tukang becak” lagi. Akan datang sebuah masalah sosial baru, kemiskinan, karena akses mereka untuk dapat bekerja disektor formal tidak memadai, keterampilan mereka sebatas menggoes roda, cara berpikir mereka dalam menyesaikan masalah yang kurang memberikan solusi baik. Mereka akan tetap miskin karena mereka belum mengerti bagaimana memainkan peran disunia ini, kemudian turun keanak-cucu mereka, menjadi sebuah masyarakat miskin di suatu wilayah.
Setelah itu, kembali kita analisis masalah kemiskinan yang timbul ini akan berlanjut pada lingkungan yang kotor, kita dapat melihat daerah-daerah kumuh pinggir kota, tak lain dan tak bukan adalah mereka yang “menggoes roda” itulah penghuni daerah ini, mereka tidak mengerti ilmu, sanitasi, kebersihan, bagaimana cara merawat lingkungan, terciptalah sebuah lingkungan yang penuh dengan kotoran, becek, sampah menggunung, bau tidak sedap kemana-mana.
Akan sangat kontras kondisi ini jika kita sekilas melihat jajaran orang orang yang mengenyam pendidikan tinggi, contoh kecilnya saja, ketika kita sejenak berjalan melihat suasana dan kondisi jalan perumahan-perumahan elit, mereka menciptakan lingkungan yang bersih, saling menjaga kenyamanan dan ketertiban satu sama lain, tidak ricuh sana-sini. Sungguh amat jauh jika kita melihat fenomena ini dibandingkan dengan gambaran kondisi yang penulis paparkan di paragraf diatas.
Masalah kemiskinan, lingkungn yang kotor, akan berlanjut pada banyaknya penderita penyakit, terutama anak-anak yang rentan terhadap penyakit karena sistem imun yang dimiliki kurang mampu melawan arus peredaran penyakit atas kotornya lingkungan sekitar, kondisi air bersih yang amat terbatas keberadaanya, nyamuk penyebar penyakit, virus dan bakteri yang banyak bersarang ditempat tersebut. Akhirnya tingkat kesehatan tidak sama sekali dapat di tolong didaerah ini.
Setelah kemiskinan, lingkungan yang kotor, banyaknya penderita penyakit, kemudian muncul sebuah ide gila para “tukang becak” untuk dapat memperoleh sesuatu dengan cara yang agaknya menggangu ketentraman bersama, yakni meningkatnya tingkat kriminalitas, akan terjadi pencopetan kemana-mana, pelecehan seksual, pemalakan, pembunuhan serta segudang salah kriminalitas lainya. Ini terjadi karena mereka merasa sudah tidak lagi memiliki harapan untuk mendapatkan kehidupan yang layak, kondisi lingkungan mereka yang tidak kondusif, serta faktor lain yang ujung-ujungnya pendidikan lah menjadi dasar utama mengapa semua ini terjadi.
Jika kita terus lagi menganalisis masalah-masalah yang timbul akibat kurang masyarakat berpendidikan, bisa dibilang maraknya oarng-orang yang “menggoes sepeda” , niscaya tidak akan pernah cukup selembar-dualembar kertas mendeskripsikannya. Kemiskinan, lingkungan kotor, banyaknya penderita penyakit, kriminalitas hanya secuil dampak dari sekian banyaknya dampak atas kurangnya masyarakat berpendidikan.
Artinya bahwa pendidikan merupakan substansi dari sebuah kehidupan, dulu, ketika manusia masih belum mengenal apapun, mereka hidup berpindah-pindah, hinggga proses belajar mereka tahu cara hidup menetap yang kemudian dibuatlah rumah, dulu, ketika manusia tidak mengerti bagaimana harus menjalin sebuah komunikasi antar sesama, melalui proses belajar, dibuatlah sebuah bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain, dulu, ketika manusia belum mengenal cara memburu binatang, dibuatkan tombak untuk ditancapkan ketubuh binatang, sebuah terjadi karena ada proses. Belajar. Inilah sejatinya yang kemudian kita sebut sebagai pendidikan. Karena pendidikan adalah proses, proses belajar yang seharusnya dimiliki oleh SEMUA ORANG untuk sebuah kehidupan yang baik sesuai harapan manusiawi masing-masing.
Contoh sederhana yang pali g kontras antara kehidupan mereka yang telah melalui proses belajar dengan mereka yang belum melalui proses belajar telah penulis paparkan diatas, unutuk menangani semuanya kita hanya perlu untuk sejenak berpikir, merenung, lalu kemudian bertindak. Apakah kita yakin akan terus mempertahankan mata rantai jahat ini?, tentu kita harus mencoba untuk mengajak “tukang becak” untuk lebih peduli pendidikan.
kita yang sadar dan mengertilah seharusnya bertanngung jawab untuk menangani dan memberitahu mereka bagaimana proses sebuah pendidikan sangatlah penting, menjadi role model yang patut untuk dicontoh dan ditauladani. Pada akhirnya pundak-pundak kitalah si penumpu dan pembawa kebaikan ini untuk terus sebarluaskan betapa pendidikan sangatlah penting. Masalah-masalah diatas hanya memiliki satu solusi, PENDIDIKAN.
Membangun sebuah kepercayaan akan pendidikan adalah wajib bagi kita yang hidup diranah perguruan tinggi, tidak perlu lagi ditanyakan mengapa, karena toh kita telah mengerti, bagaimana dan apa yang sebenarnya terjadi di negri ini. Kita tidak boleh hanya duduk apalagi termangu terdiam, karena di pundak-pundak kita lah hidup mereka ada untuk kehidupan selanjutnya. Tetap dengan tekad yang bulat, hati yang penuh dengan optimisme, pikiran yang penuh dengan target dan mimpi perubahan untuk negeri yang gemah ripah loh jinawi ini. HIDUP MAHASISWA.
REFERENSI
[1] Moeloek, Anfasa farid,dkk. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta. BSNP.
[2] Kbbi edisi 4
Sumber gambar : keepo.me
Leave a Reply