Resume oleh Ahmad Rofai
_________
Judul teks : Kurikulum Pendididkan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa
Pengarang : Suyanto
Publikasi : Kompas, 15-02-2013
Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan dia belajar bagaimana bisa masuk kedalam hidup bermasyarakat. Selain itu, pendidikan pulalah yang menjadikan setiap orang dapat memiliki kapabilitas tertentu, dia dapat menyadari akan kelebihan-kelebihan serta potensi yang dimiliki dengan sebuah proses belajar. Ketika seseorang mengerti dan mendalami dirinya dengan proses pnyaendidikan tersebut, tentu dia dituntun untuk menjadi manusia yang dapat berguna kepada sesama, menghadapi segala rintangan dalam mencapai cita-cita yang dimiliki.
Hal ini lah yang kemudian menjadi pertanyaan ilmuwan tentang bagaimana cara mendidik manusia dengan baik dan efisien. Maka ditemukanlah faktor tertentu yang kemudian menjadi perhatian sebagai dasar diterapkan sebuah sistem pembelajaran pendidikan yakni, Intellegence Quotient (IQ) dan Emosional Quotient (SQ). Kecerdasan seseorang tidak seharusnya hanya diukur melalui fakto kognitif saja, melainkan perlu juga untuk melihat faktor lain seperti kecerdasan sosial, pengendalian emosi, dan memahami emosi orang lain, bahkan Goleman mengklain bahwa IQ hanya berkontribusi 20 persen terhadap kesuksesan seseorang ketika mereka hidup dalam masyarakat, sebaliknya 80 persen justru ditentukan oleh faktor diluar IQ, dimana EQ masuk kedalamnya secara signifikan.
Selain IQ dan EQ yang tersebut diatas, ditemukan kembali faktor kecerdasan, yakni Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan Spiritual dan Adversity Quetient (AQ), AQ dikemukakan oleh Paul Stoltz (1997) yang pada hakekatnya merupaka kapasitas untuk menghadapi bentuk tekanan dan ketidaknyamanan dalam situasi tertentu. Orang yang AQ nya tinggi akan tahan banting, dalam arti fisik mental dan kejernihan berpikir. Lebih penting lagi, ia segera bisa kembali ke keadaan normal seteleh menghadapi berbagai tekanan dan tantangan. Sebaliknya, orang yang AQ nya rendah akan selalu menyalahkan lingkungan ketika dia gagal sehingga tidak dapat mengambil keputusan untuk menuju sukses. Karenanya kegiatan mengamati, bertanya, menalar, bereksperimentasi, juga pengalaman membangun jejaring perlu diakomodasikan dalam sebuah kurikulum pendidikan.
Pendidikan, yang dapat diraih hanya dengan proses pembelajaran perlu untuk mendapat perhatian khusus mengenai bagaimana sebuah proses belajar itu berjalan dengan benar dan matang, karena kualitas bagaimana sistem belajar lah yang menjadikan sebuah pendidikan bagi seseorang itu baik atau tidak. Karena sejatinya kecerdasan tidak hanya berbicara mengenai kemampuan konitif seseorang, melainkan juga faktor-faktor hidup bersosialisasi bahkan jauh lebih berkontribusi secara signifikan dalam perkembangan seseorang.
Leave a Reply