Menjadi Anggota Parlemen,


Tulisan ini, syukurnya telah masuk dalam kumpulan cerita kisah siswa SMART Ekselensia Indonesia dan dibukukan dengan judul “Kumbang-Kumbang Jampang” yang terbit pada tahun 2012 silam oleh Dompet Dhuafa.

Tiga setengah tahun sudah kujalani kehidupanku di SMART, melihat teman-temanku, dengan begitu mudahnya mereka menyebet piala kemenangan. Nah aku?, puluhan lomba kuikuti dengan beribu harapan, namun selalu pupus lantaran kalah. Sakit sekali rasanya ketika  merasakan itu, namun sekarang…, bagai ditaburi ribuan berlian, aku lolos dalam seleksi acara Nasional.

SMART Ekselensia Indonesia, sekolah kedua yang telah kujalani dalam mengenyam indahnya bersekolah SMP-SMA ini telah membawaku ke dalam dunia yang tak pernah kuduga sebelumnya. Tinggal jauh dari kasih sayang ibu dan ayah, kebersamaan keluarga yang begitu jauh dalam dirasa. Makan apa adanya memang, namun rasa nikmat selalu terjulur dalam segala ruas tulang-tulangku. Rasa rindu yang tiada terkira selalu merayap dalam segala malamku, dalam segala sepiku, pun dalam segala lamunanku.

Air mataku terus menetes, pipiku selalu lembab olehnya, “ibu, ayah, kakak, aku kangen sama kalian”ucapku begitu lirih dalam setiap tangisku. Aku merasa ini sulit, yah, begitu sulit bagiku untuk dapat melupakan ini semua, belajarku tak konsen, mimpiku kian redup, hidupku begitu hampa dalam dirasa, namun apalah daya, sungguh tanganku takkan pernah sampai.

Hari-hari berlalu…

Ku lihat sekelilingku, lihatlah, begitu ceria sekali teman-temanku, mengapa aku tak dapat seperti mereka, tetap tersenyum dan tertawa walau jauh dari rumah. Beginikah sikap yang harusnya aku miliki, tertawa riang meski jauh dari pandangan keluargaku?, tuhan…, sungguh, aku tak yakin olehnya, kertasku selalu basah oleh air mataku ketika ku tengah menulis, pandanganku selalu kosong disaat selilingku tengah asyik becanda ria satu sama lain.

Dalam keadaan rindu tiada tara yang tengah melanda, nampak guru mengetahui kondisiku, hingga akhirnya dia menghampiriku dan bernyanyi, tertawa riang menyorotkan mata yang indah dengan ekspresi cantik tak dapat dikata

Belajar dari ketiadaan…

Belajar untuk kemandirian…

Mengasah potensi,

Mengukir prestasi,

Bersama kita majukan negeri…

Belajar hilangkan kebodohan…

Bersama jauhkan kemalasan…

Satukan asa, tekadkan jiwa, bersama kita meraih cita…

Sekolah kami Smart Ekselensia …

Kami dari Sumatera hingga Papua …

Hanya satu tekad didalam diri,  …

Menjadi pembelajar sejati …

            Glek!, sungguh kala itu tangisku tumpah ruah, mendengar lagu yang disenandungkan begitu semangat dengan polesan senyumnya yang begitu manis, pahlawan tanpa tanda jasaku, “itu benar sekali zah” ucapku sambil mengusap air mataku. Nyanyian itu telah menyadarkanku dari mimpi buruk  berkepanjangan, yang telah menggerogoti semangatku, semangat untuk belajar, semangat untuk bermimpi. Begitulah sejatinya hari-hari pertama yang aku rasakan saat  tinggal dan bersekolah disini, sekarang, tiga tahun telah kulalui dengan canda tangis nan tawa bersama teman sepermainan dan seperjuanganku, bertukar rasa, bertukar asa. Lampuku yang dulu redup kini tengah bersinar kembali karena mereka yang kini telah menjadi bagian keluarga dalam hidupku, bersama-sama melawan rasa rindu untuk tetap belajar demi masa depan yang telah kami impikan. Mimpiku yang hampir sirna kini kembali dan membentuk diriku menjadi tangguh tiada tandingan.

***

Dari sekian banyak cerita, cita rasa, dan segala asa yang aku dapatkan di sekolah tercinta ini, mungkin satu yang ingin aku bagi untuk kalian, kenangan bersama teman se-Indonesia dalam sebuah acara kerjasama Dewan Perwakilan Rakyat dengan Universitas Indonesia, yakni “Parlemen Remaja 2012”. Cerita berawal dari sebuah lembaran berwarna kuning ukuran A3 dengan gambar belakang gedung kura-kura, tertulis besar-besar “PARLEMEN REMAJA 2012” yang diserahkan kepadaku oleh Ustad Sucipto seraya berkata, “Fai, ikutin sana, tulis esai, siapa tahu saja kamu keterima…”ajaknya.

Aku baca sebentar lembaran tersebut. Tertulis sebuah syarat untuk dapat mengikuti acara ini, acara ini diperuntukkan bagi siswa-siswi SMA sederajat, dihimbau untuk dapat mengirimkan karya tulis esai tentang pandangan mereka mengenai peran DPR terhadap kemajuan demokrasi di Indonesia, selanjutnya akan dipilih karya terbaik untuk dapat mengikuti acara ini, tanpa berpikir panjang segera aku mencari-cari informasi, browsing internet untuk mencari bahan penulisanku.

Hari berlalu, telah kukirimkan karyaku bersama empat temanku yang juga tertarik pada ini, hari-hari yang kulalui untuk menunggu pengumuman ini benar-benar telah banyak menyita waktuku, aku begitu takut, deg-degan, gelisah semua campur aduk selama ku menunggu pengumuman ini.

Dua mingu berlalu…

Ini adalah hari pengumuman esai terbaik yang berhak mengikuti serangkaian acara PARLEMEN REMAJA 2012, hari puncak ke-campuradukkan hatiku datang jua, dengan langkah gontai beserta jantung yang berdenyut begitu cepatnya ku menuju layar monitor untuk membaca pengumuman, kulihat rentetan nama-nama siswa terpilih, aku tidak menemukan namaku, ku se-croll kebawah mouseku, metaku tetao menelisik membaca satu persatu nama tertulis dan sesuatu telah membuatku tersentak!

Tertulis sebuah nama Ahmad Rofai

ALHAMDULILLAHIROBBILALAMIN, ya Allah, segal puji bagi-Mu, namaku tertulis dalam jajaran siswa pembuat esai terbaik itu. Hari itu aku sungguh bahagia, tak pernah sedikitpun terbesit dalam pikiranku untuk  dapat lolos dalam seleksi ini. Segera setelah membaca, sontak saat itu juga ku letakkan keningku diatas lantai,bertasbih dan memuji-Nya sebagai tanda rasa syukurku atas kesempatan yang diberikan oleh-Nya untukku.

***

            Telah tiba saatnya aku (beserta ketiga temanku yang juga lolos dalam seleksi ini) pergi ke acara ini – Parlemen Remaja 2012. Kami diantar Ustad Wildan dengan mobil angkot langganan kami menuju tempat pertama acara ini, yakni balai persidanngan UI. Cuaca begitu terik kala itu, ditambah lagi dengan pengapnya udara dalam angkot jelas  membuatku perutku terasa mual namun entah, untuk menghilangkan rasa mual, aku berusaha untuk tidur dalam angkot tersebut. Tak terasa ketika ku membuka mataku tujuan telah sampai, Balai Persidangan – UI

Terlihat siswa-siswi tengah berbincang, saling berkenalan satu sama lain, berfoto-foto ria sekalian menunggu acara pembukaan dimulai. Sedangkan kami (siswa SMART) hanya berempat, ngobrol sendiri, maen sendiri tak sedikitpun rasa berani dari kami untuk dapat berkenalan dengan siswa-siswi lain. Bagaimana tidak, semua dari mereka memakai baju bagus nan bermerek disaat kami hanya memakai seragam yang dibalut jas almamater sekolah kami, semua dari mereka memegang kamera mewah sedangkan kami hanya membawa handycam (pun buruk jika digunakan untuk berfoto) kecil, satu untuk berempat pula. Semua dari mereka membawa notebook sedangkan handphone pun kami tak punya.

“Cuek is the best” lah yang menjadi jargon utama kami kala itu, kalian yang telah mewakili hati-hati kami untuk tetap tidak peduli akan keglamoran mereka, tetap rendah hati dan tetap percaya diri. Pukul 14.00, semua peserta dari seluruh penjuru Nusantara telah datang dan berkumpul dalam ruangan Balai Sidang ini. Telah terpilih 132 siswa-siswi SMA se-Indonesia dari ratusan pengirim esai. Berbagai sambutan dan runutan acara pun telah terlewati. Acara akan diadakan selama empat hari, tiga hari pertama kami menginap di wisma Griya Sabha Bogor-Puncak. satu hari terakhir menginap di Wisma Makara UI. Sekiranya itulah hal yang coba panitia sampaikan kepada kami,  setelah itu terketulah palu oleh ketua panitia bahwa acara “PARLEMEN REMAJA 2012” telah resmi dibuka. “Prok-Prok…” riuh tepuk tangan membuncah sudah, membahana memenuhi ruangan beribu kursi ini.

***

Dua hari di wisma DPR-RI Griya Sabha…

Kini kurasakan betapa nikmat tiada tara dapat tidur diatas kasur yang begitu empuk, ber-AC, mencicipi mandi air panas dengan shower, menonton TV dengan puluhan cahnnel tersedia. Setiap pagi diawali dengan senam pagi di lapangan, kami berbaris, terlihat beberapa teman teriak, senyum, tertawa terbahak-bahak, begitupun aku menunjukkan betapa bahagia sekali kami waktu itu.

Siang pun datang, saatnya kami bersiap menuju ruang rapat sidang DPR, sungguh pertama kali ku memasuki ruangan itu, beribu rasa bangga mencuat dari dalam hatiku. memakai jaket hitam yang ketika ku pakai Nampak seperti eksekutif muda yang super duper penting dalam suatu tatanan Negara. Ruangan ini begitu luas dengan tembok ala bangunan luar negeri seperti yang selalu saya lihat dalam film-film, berjejer ribuan kursi empuk berwarna coklat dengan puluhan jejeran meja elegan di depannya. Sungguh tak bisa ku gambarkan bagaimana keindahan serta luasnya ruangan ini bagi saya yang sejatinya hanyalah siswa siswa yang papa.

Aku duduk diatas kursi empuk dengan tersodorkan microphone didepanku, yang ketika terpencet tombol akan menyala cahaya merah yang menunjukkan bahwa microphone siap digunakan “SELAMAT DATANG PARA PEMUDA-PEMUDI  GAGAH INDONESIA”, sontak suara itu memecahkan suasana yang awalnya tenang menjadi membakar-bakar, sorak-sorai kami bersama tepuk tangan ttumpah sudah.

Dua hari tepatnya kami disana di persiapkan untuk melakukan simulasi rapat sidang paripurna DPR. Diberi berbagai materi tentang apa itu DPR, bagaimana peran parlemen dalam sebuah Negara, serta pemberian pengajaran dalam bentuk pelatihan tentang bagaimana rapat paripurna DPR dapat berlangsung. Sungguh benar-benar diluar dugaanku, pelatihan – pelatihan yang mereka berikan kepada kami telah membuatku sadar bahwa butuh waktu seharian penuh atau bahkan puluhan hari untuk membahas suatu rumusan undang-undang, pun dengan penentuan judul suatu undang-undang saja begitu lama penyelesaianya.

Peberian materi beserta latihan-latihan yang mereka berikan kepada kami dilakukan dari jam delapan pagi sampai jam sembilan malam. Penitia telah benar-benar membuat kami begitu padat dengan jadwal acara super ketat yang telah mereka rancang untuk kami. Cukup melelahkan memang, namun sedikitpun tak pernah ku merasa lelah akannya, semua berjalan nampak tak berjalan, telah berjam-jam aku duduk di kursi itu, terasa hanya semenit saja kulalui, karena semua berjalan begitu menyenangkan. Motivasi-motivasi yang secara tak langsung pemateri berikan kepada kami, bahwa menjadi pahlawan dari sebuah negra yang kita miliki adalah hal yang sungguh mulia, kita sebagai generasi perubhan harus siap membawa indonesa lebih maju ditahun yang akan datang.

Mendengarkan sambil bermain bersama teman tak kalah asyiknya kala itu, ternyata panitia telah menskenariokan itu untuk kami, melatih kami untuk berani bertanya dengan tetap mempersilakan kami bertanya kepada si pemateri.  Meskipun aku tak teralu aktif bertanya dibanding teman-teman lain yang selalu siap mengangkat tangannya, namun tetap tidak menyurutkan rasa senangku kala itu.

***

Di gedung kura-kura, pelaksanaan simulasi siding paripurna DPR-RI …

Merupakan hari ketiga dari kegiatan ini, acara puncak dari sekian kegiatan yang kami jalani. Setelah shubuh, telah tersedia bus yang siap mengantar kami menuju gedung kura-kura. Kesan pertama yang aku bisa ingin aku sampaikan pada saat itu adalah ABSOLUTELY  EXTRATERRESTRIAL, ini tempat amat teramat luas, ini gedung amat-teramat gede. WOW!

Sebelum menuju tempat persidangan paripurna, kami menuju ruang tamu DPR terlebih dahulu, seperti biasa berbagai sambutan dan runutan acara pembukaan telah terlaksana, salah satunya adalah sambutan dari sekretariat DPR serta pemberian souvenir dari sponsorship. Saatnya semua dari kami beranjak dari tempat duduk dan segera menuju ruang rapat sidang paripurna. Berbagai pemeriksaan ketatpun terjadi, tas kami disensor oleh alat pendeteksi, begitu pula dengan tubuh kami. Selesai pensesoran, sepanjang perjalan menuju ruang rapat terdapat banyak petugas kemanan tengah berjaga di titik-titik tertentu.

Benar-benar membuat mataku tak dapat berketip, tempat sidang itu begitu luas catar membahana terpampang nyata, deretan kursi terbagi atas fraksi-fraksi, kursinya pun empuk tak terelakkan, michrophone tersedia didepan kami, tertempel diatas meja. “acara ini akan disiarkan di station televise TVRI pukul 7.30” ucap sang panitia kala itu. Segera aku menghubungi (lewat hp yang dipenjamkan dari pihak asrama) keluargaku dirumah untuk dapat menonton diriku, memakai jas hitam, duduk diatas kursi mewah berperan sebagai Dewan Perwakilan Rakyat.

Mungkin ini suatu hal biasa buat kalian, namun tidak buat saya, karena satu pelajaran berharga yang tidak kalian dapatkan telah aku dapatkan, berdiskusi dan berbincang dengan anak aktif dan berpikir kritis dalam acara tersebut telah membawaku untuk menjadi siswa yang juga berpikir kritis, sadar bahwa benar, pemuda merupakan agen perubahan dalam sebuah dinamika kehidupan.

Change your mind to think the best,

your life is an adventure.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Built with WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: