Gerangan Bumiku


Merupakan cerita pendek yang saya ikuti pada kelas 8 SMP silam, cerita ini dibuat untuk mengikuti lomba sayembara cerpen Tupperware, Selamat membaca dan menikmati 🙂

Saya menyadari masih banyak hal yang perlu diperbaiki, baik diksi ataupun penggunaaan tanda tulis wkwkkw.

———

Lihatlah, semua kering, jangankan sesendok air, setetespun tak ada.

“Bu, panas banget ya hari ini” ucap sang suami kepada sang istri.

“Bapak, itu padi kok gak tumbuh-tumbuh ya”, ucap buk tani kepada sang suami.

“Pak, kok gak dapat ikan-ikan?, kolamnya kering ya?, ” ucap bu nelayan kepada sang suami.
Tuhan,
ada apa dengan bumiku ini, kemana air itu mengalir?,  kemana tumbuhan itu tumbuh? kemana apula ikan itu bersemayam, sungguh gersang bumiku ini, matahari tak mau pergi dari siinggahnya, malampun tak kunjung datang, Ada apa gerangan?
***
“Doni, Tolong ambilkan ibu segelas air di meja”, suruh ibu kepada sang anak, “ibu airnya tak cukupsatu gelas, hanya terdapat setengahnya, mau masak pun persediaan habis” jawab Doni, sang anak imut berambut keriting serta berkulit sawo matan, menyodorkan setangah gelas air kepada sang ibu. “Oh, persediaan air di gentong pun habis sayang, wah bagaimana nih, sungai-sungai sudah kering dalam sekejap tak air setetespun didalamnya, tumbuhan tak mau tumbuh” gamang ibu menatap lekat anaknya,”Kita akan hidup kekeringan sayang” lanjutnya, tak lama setelah ibu berkata, Doni melangkah sedikit tertatih menuju batu yang siap untuk diduduki, ditatapnya langit, merenunng.
Tuhan,
Bagaimana dengan kami jika air itu tak ada?
Bagaimana dengan kami jika tumbuh-tumbuhan itu tak  tak mau tumbuh?
Tuhan,
Akankah kami kelaparan nantinya?
sungguh kami tak mau mati layaknya dinosaurus-dinosaurus berabad-abad lalu,
ya, ada apa ini, ada apa ya Tuhan?
 
        Ah sudahlah, Doni sudah cukup dalam merenung, dan kini ia mau keluar melihat-lihat sekitar, “Bu, Doni keluar rumah sebentar ya” berkata sambil mencium hormat tangan ibu, Doni pergi, pergi entah mau kemana ia pun tak tahu, dia bingung dan penasaran dengan sekitar, mengapa begini? melihat semua warga seolah tak punya asa, disana-sini kering, tak ada airlah,  makananlah, oh ya jangankan makanan padi pun tak ada,  karena tumbuhan memang tak mau tumbuh, ia terus berjalan menyusuri tanah-tanah tak bernyawa, di tengah ia melihat kodok tengah meliu-liuk, ” Whai kodok, sedang apa kamu?, bisakah kamu jelaskan ada apa dengan kami”, apa mau dikata, menatapun kodok malas, apalagi menjawab pertanyaan itu, kembalilah ia ke tempatnya bersemayamnya.
                                                                 ***
Lama, ya lama, Doni merenung kembali., cerdas sekali ia, padahal umurnya  baru 10 tahun, namun, ya memikirkan hal-hal yang benar-benar bukan urusanya, Ibunya, sungguh tengah bimbang untuk mempertahankan hidupnya, melihat persediaan semua sudah mulai menipis minuman, makanana habis semua.., belum lagi huru-hara tetengga sekitar,mereka semua panik,panik dan tak mengerti ada apa gerangan di alam ini, semua habis, daun-daun layu, sungai pun semua kering tumbuh-tumbuhan tak mau tumbuh, mataharipun terlihat malas sekali dalam bersemayam.
                                                                ***
Dilangit sana, “Wahai bumi, ada apa denganmu?, tidakkah kau lihat para penghunimu sana?, mereka kelaparan, namun tak ada padi tumbuh disana, mereka haus, namun tak ada air sungai disana, tidakkah iba kau melihatnya?”, ucap bulan kepada sahabatny, dan ya bumi diam terus menundukkan wajahnya, tak mau menjawab, suram tuk dikata, mmmm, bulan kian bingung melihat keadaan sahabatnya, berkali-kali bulan membuka percakapan namun, sia. Bumi, sahabatnya tak mau tak mau berucap sekatapun,
***
“Doni sayang, sedang apa kau disitu, ?” tanya ibu, “istirahat sana” lanjutnya, ” ibu, bisakah ibu jelaskan ada paa dengan kita?, tepatnya alam kita? mengapa padi, buah apel, semangka, pisang, dan tumbuhan lainya tak mau tumbuh, mengapa pula sungai-sungai kita tak ada airnya, padahal dua hari lalu masih sangat penuh?”tanya sang anak, dengan langkah yang sedikit gontai ibu mendekat “sayang, ibu sendiri tak tahu, dan tak mengerti ada apa dengan semua jni, sudah jangan pikir macam-macam nanti kamu malah sakit, istirahat gih sekarang,”ibu menyuruh Doni istirahat dengan jawaban yang singkat,  jelas Doni tak puas akan ini, masuklah Doni dalam kamarnya., duduk diatas kasur dan ya tertidur
 ***
” Ayolah sahabatku, bangun, ada apa denganmu?, jika kau terus begini kasian para manusia disana” ucap bulan kapada sang sahabatnya, bumi it tetap bungkam, tak mau bicara, wajahnya kian penuh kerutan, tak punya semangat tuk hidup. “Sahabatku, sungguh aku kangen dengan tawamu, kamu ada masalah?, bagilah itu kepadaku, ceritalah, aku kan membatumu sebisa ku,” ucap bulan lirih,
Duhai  jagat raya yang penuh akan teka-teki, lihatlah bumi itu sekarang menatapku, walau dengan muka muram, namun ada rona bahagai didalamnya, ya akhirnya dia mau bicara, bicara padaku,

“Terimakasih sahabatku, kau memang paling baik buatku dari seluruh yang ada di jagat raya ini, sobat lihatlah para penghuniku, mereka telah menjahatiku, mereka telah menghancurkanku sedikit demi sedikit, tumbuhan-tumbuhan yang seharusnya melindungiku dari karbon dioksida denga menyerapnya dari udara malah mereka hancur habis-hutan gundul, lihatlah sungai-sungai yang aku cintai begitu bersih nan indah mereka cemarkan dengan sampah-sampah berbau busuk!, sungguh sakit ku merasa, bejat sekali mereka!, tak berpikirkah mereka bahwa aku-tempat mereka tinggal tersakiti akan tingkahnya?!, wahai sobatku, sengaja ku sedot sungai-sungai itu, kumasukkan kedalam intiku, sengaja pula ku tak kasih air kepada tumbuh-tumbuhan itu supaya mereka tak tumbuh, dan manusia merasakan betapa mereka membutuhkan tumbuhan tapi malah merusaknya, betapa mereka butuh air tapi malah mencemarnya, sungguh ku sedih, ku sakit sekarang ”

Tangis bumi kian membuancah, bulan memeluk sahabatnya lalu berkata,”sungguh sobat, ku mengerti perasaanmu sekarang,lihatlah para penghunimu itu, mereka sekarang menderita lantaran tak ada air, tumbuhan tak mau tumbuh, aku yakin, apabila kau berkata kepada mereka sekarang tentang kesakitanmu, niscaya mereka akan sadar, bicaralah kepada mereka, aku yakin mereka akan berubah akannya,” ucap bulan, “lakukan sekarang”

***

Bumi berguncang, Doni terbangun dari tidurnya, rumah-rumah ambruk, semua warga panik serta berhambur-hamburan, takut, ditengah rasa takut melanda, bumi yang berguncang itu bersuara “WAHAI PENGHUNIKU, SUNGGUH KU MENANGIS SEKARANG, KARENA KALIAN TELAH MENYAKITIKU, KAU TEBANG SEMUA POHONKU, KAU KOTORI SEMUA SUNGAI-SUNGAIKU, AKU MAU KALIAN SAYANGI AKU, DENGAN MENGHIJAUKAN KEMBALI DIRIKU, ”  Sontak semua teerdiam, Doni kaget, dan ya, semua insan menagis, mangangis karena sadar, dan Doni dengan lantang berteriak serta berkata,” WAHAI BUMIKU TERCINTA, YA KINI KAMI MENGERTI, SUNGGUH TAK SADAR KAMI AKAN PERBUATAN KAMI, MAAFKAAN KAMIIIIIIIIIIIIIIII WAHAIIIIIIIIIIII BUMIKU TERCINTA” Semua berteriak, “MAAFKAN KAMIIII, MAAFKAN KAMI, MAAFKAN KAMI WAHAI BUMIKU, !”

Duhai Tuhanku, Lihatlah sungai itu, air mengalir kembali darinya, tumbuhan layu itu telah bersemangt kembali, semuanya telah kambali, ya mulai sekarang kami kan merawatmu bumi ku, kami cinta kamu.

Sumber gambar : Sidomi.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Website Built with WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: